Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda pencinta roda dua, tentu melihat motor sport dengan suspensi upside down menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan, tidak jarang orang mempertimbangkan membeli motor dengan melihat jenis suspensi yang digunakan. Bahkan, Honda CRF150L yang baru diluncurkan juga mengadopsi suspensi upside down.
Nah, sebelum Anda memutuskan memilih motor berdasarkan jenis suspensi, Liputan6.com akan menjelaskan perbedaan kedua suspensi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Seperti namanya, suspensi upside down mewakili pemasangan suspensi yang dibalik. Namun, tidak sesederhana itu. Dijelaskan Motorcyclist Magazine, pada suspensi konvensional, bagian batang chrome (stanchion) berada di bagian atas dan dijepit oleh triple clamp, dan batang yang lebih besar (female/slider) berada di bagian bawah. Adapun pada bagian upside down kebalikannya, bagian berdiameter besar (female/slider) di bagian atas, dan stanchion di bagian bawah.
Jadi, seberapa besar pengaruh perbedaan pemasangan tersebut? Jawabannya adalah kekakuan yang diberikan oleh masing-masing suspensi. Mengapa bisa demikian? Saat Anda bermanuver maupun melakukan pengereman, gaya terbesar yang diterima oleh suspensi berada di bawah jepitan triple clamp. Dan cara termudah untuk meningkatkan kekuatan di bagian tersebut adalah menjepit bagian suspensi dengan diameter terbesar, yaitu bagian slider.
Â
Â
Kelebihan dan Kekurangan
Keuntungan lainnya, pada suspensi khusus upside down, bagian slider lebih panjang dibanding suspensi konvensional. Ini membuat bagian batang chrome (stanchion) pada upside down sedikit terekspos dibanding konvensional. Selain itu, suspensinya menjadi lebih kuat.
Namun, dengan kelebihannya, upside down memiliki kekurangannya sendiri. Jika suspensi konvensional bocor, maka bocorannya akan meluber ke bagian samping dan mengenai slider. Adapun pada upside down, jika mengalami kebocoran maka oil yang keluar berisiko mengenai bagian kaliper rem. Oli juga akan jadi cepat habis ketika ada kebocoran karena "ditarik" gravitasi.
Advertisement