Masih Bersumber Batu Bara, Mobil Listrik Ramah Lingkungan?

Berdasarkan hasil studi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), penggunaan mobil listrik di Indonesia tidak bakal berdampak besar.

oleh Arief Aszhari diperbarui 30 Jan 2019, 14:05 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2019, 14:05 WIB
Kantor Pos Jerman Pakai Armada Van Listrik untuk Antar Surat
Van listrik Streetscooter mengisi daya di stasiun pengisian di kantor pos Jerman, Deutsche Post di Frankfurt am Main, 21 Juli 2018. Kantor pos Jerman mengganti armada mobil untuk mengirimkan surat dan paket dengan mobil van listrik. (Yann Schreiber/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan kendaraan listrik atau mobil listrik di Indonesia bertujuan untuk menekan emisi gas buang (CO2) dan penurunan konsumsi bahan bakar. Namun, berdasarkan hasil studi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), penggunaan mobil listrik di Indonesia tidak bakal berdampak besar.

Seperti dijelaskan Ichiro Kutani, Senior Research Fellow The Institute of Energy Economics Japan (IEEJ), hal tersebut jika pembangkit listrik yang dikembangkan masih berfokus pada penggunaan batu bara.

"Jika masih menggunakan batu bara, dimana masih mengotori lingkungan. Walaupun kendaraan listrik banyak diproduksi, itu tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perbaikan lingkungan," jelas Ichiro di kantor Kemenperin, belum lama ini.

Lanjutnya, jika dilihat dari inisiasi pemerintah tentang energi terbarukan, semakin banyak kendaraan listrik yang diproduksi akan meningkatkan energi hybrid, dan akan mendorong peningkatan dari pembuatan baterai yang akan disuplai ke kendaraan listirk.

"Dampaknya, terhadap pengembangan energi terbarukan tidak terlalu signifikan."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Untuk dampak terhadap ekonomi, kita lihat dari tagihan impor energi atau minyak. Dengan semakin banyak baterai itu diproduksi untuk suplai kendaraan listrik, impor minyak akan turun.," tambahnya.

Sementara itu, dilihat dari peningkatan minat masyarakat untuk membeli kendaraan listrik, otomatis bakal merangsang industri investasi di Indonesia. Jadi, yang perlu diperhatikan, adalah harga mobil atau motor listrik untuk konsumen.

"Membuat energi terbarukan juga mahal, dan harga ini akan sulit untuk turun, masih akan tetap tinggi.

Untuk mendorong investasi, maka diperlukan subsidi, di mana nanti akan berdampak terhadap dana yang dipakai untuk mengembangkan energi terbarukan dan mereduksi mahalnya harga mobil listrik untuk konsumen. Supaya kendaraan listrik bisa dibeli masyarakat banyak, diperlukan subsidi yang besar," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya