Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah berusaha mengurangi konsumsi bahan bakar yang bersumber dari bahan baku fosil. Bahkan, saat sudah diberlakukan program mandatori bio diesel B20 dengan menggunakan kelapa sawit.
Bahkan, Calon Presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) ingin menerapkan program campuran 100 persen biodiesel (B100) untuk menggantikan solar dinilai dapat diterapkan.
Advertisement
Baca Juga
Melihat hal tersebut, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan pembuatan mesin mobil baru untuk mengikuti regulasi membutuhkan biaya sangat mahal. Namun, bila mesin yang telah ada saat ini mendapat bahan bakar baik akan menjadi sebuah solusi.
"Buat kami kalau yang namanya kita harus buat mobil khusus untuk bahan bakar khusus pasti akan sangat mahal. Tapi kalau mobil berjalan saat ini terus dikasih solusi, contohnya Anda biasa minum Coca Cola terus dikasihnya bir, saya enggak mau karena enggak bisa, tapi kalau Coca Cola kemudian diganti Pepsi Cola kemudian enggak ada masalah," kata Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi.
Â
Selanjutnya
Pergantian bahan bakar solar menjadi B20 tanpa mengubah mesin yang telah ada saat ini bisa diikuti dengan baik karena tidak menimbulkan dampak besar terkait performa dan kinerja.
"Kalau mobil biasa pakai solar, kemudian diganti B20 kemudian kita lihat enggak ada dampaknya ya enggak masalah. Pemerintah sebenarnya mencanangkan green fuel, bahwa itu buka campuran lagi, tapi ini 100 persen dari nabati, ini yang lagi dikerjakan," ujar Yohannes.
Meski demikian, Mantan Presiden Direktur Isuzu Astra Motor Indonesia tersebut mengaku tidak mengetahui secara pasti kelayakannya karena belum melakukan tahap uji coba.
"Belum dilaksanakan uji cobanya, kami baru mendengar, mudah mudahan," tuturnya.
Advertisement