Liputan6.com, Jakarta - Resminya mobil merek nasional, Esemka, mengundang berbagai reaksi di tengah masyarakat. Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattof mengatakan, pihaknya mengapresiasi peresmian pabrik Esemka. Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
"Kalau menurut saya pribadi Esemka sejauh ini masih sebatas, bisa dibilang hanya gimmick. Kita belum puas. Karena sebelumnya juga sudah bocor itu kan pabriknya mulai tahun lalu juga. Kalau kita lihat nggak jelas proses produksi di sana bagaimana," kata dia, saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (7/9).
Advertisement
Baca Juga
Terkait TKDN misalnya, kata dia, tentu harus dibuktikan bahwa TKDN dalam setiap mobil Esemka memang besar. "Kalau dikatakan TKDN kandungan domestik itu besar, itu apa buktinya. Harusnya dirilis, ditunjukkan bahwa komponen-komponen ini memang diproduksi dalam negeri," ujar dia.
Dengan begitu tidak muncul kesan, bahwa Esemka hanya merakit mobil, sementara bahan bakunya didatangkan dari luar negeri. "Tapi dalam konteks upaya mendorong industrialisasi di sektor otomotif, itu kita apresiasi," ujar dia.
"Cuma Pemerintah dan pabriknya harus membuktikan bahwa memang arahnya industri otomotif harus lebih banyak komponen dalam negerinya. Tidak hanya sekedar diimpor mentah di Indonesia dirakit," tandasnya.Â
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Diduga Rebadge Merek Cina, Pemerintah Jelaskan Sistem Perakitan Esemka
Mobil bermerek nasional, Esemka sudah mulai memproduksi model pikap pertamanya, Bima di Indonesia. Bahkan, saat peresmian pabriknya yang terletak di Boyolali, Jawa Tengah ini langsung dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, kemunculan Esemka ini mendapatkan pro dan kontra. Banyak yang mempertanyakan lebih detail, bagaimana proses produksinya, karena ada anggapan, Esemka Bima ini hanya produk yang didatangkan langsung dan hanya mengganti merek dari Cina, yaitu Changan Star Truck. Bahkan, ada menganggap Esemka hanya mengimpor komponen dari luar yang kemudian dirakit di Tanah Air.
Â
BACA JUGA
Â
Menanggapi hal tersebut, pihak Kementerian Perindustrian (Kemenperin), melalui Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan, Putu Juli Ardika menjelaskan terkait fasilitas yang digunakan Esemka dalam proses produksi kendaraannya.
"Esemka ini bukan CKD (completely knock-down) bukan juga IKD (Incompletely knock-down). Kalau CKD, mobil utuh diurai, dibawa ke sini, dan dirakit. Bukan IKD juga, karena ada kewajiban konten lokal lebih tinggi," jelas Putu saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2019).
Lanjutnya, Esemka ini menggunakan fasilitas perakitan part by part. Artinya, dirakit dengan komponen-komponen yang dibutuhkan didatangkan dari berbagai perusahaan, baik dalam maupun luar negeri.
"Melakukan part by part, impor tidak besar. Jika dilihat dari sisi manufaktur, mulai dari CBU, CKD, IKD, dan part by part. Proses manufakturnya semakin mendalam," tambahnya.
Advertisement