Kondisi Pasar EV Tak Tertebak, Renault Batalkan Ambisi Produksi Lini Penuh Mobil Listrik

Visi lini penuh mobil elektrik Renault merenungi realita pasar dan berakhir pada keputusan dua kaki di kendaraan berbahan bakar bensin dan listrik.

oleh Khizbulloh Huda diperbarui 04 Mar 2024, 15:06 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2024, 15:06 WIB
Renault Triber
Renault Triber di panggung GIIAS 2019. (Dian / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Melihat kondisi tren pasar electric vehicle (EV) yang mengalami perlambatan, pabrikan otomotif asal Prancis, Renault memutuskan akan terus memproduksi mobil dengan mesin pembakaran internal dalam katalognya sembari tetap memproduksi kendaraan listrik hingga satu dekade ke depan. Strategi dua kaki ini diungkapkan oleh CEO merek Renault, Fabrice Cambolive.

Sebelumnya pada tahun 2022, CEO grup Renault, Luca de Meo memperkirakan bahwa jajaran Renault di Eropa hanya akan terdiri dari kendaraan listrik pada tahun 2023. Keputusan tersebut sejalan dengan mandat nol emisi Uni Eropa pada tahun 2035 dalam komitmen kuat Eropa terhadap dampak perubahan iklim.

Walau begitu, dirinya juga tetap berhati-hati dalam perkiraannya ini. Dirinya menambahkan catatan bahwa ambisi elektirifikasi tersebut pada akhirnya tetap akan bergantung pada kondisi pasar.

Dalam pandangan yang lebih luas, perusahaan juga menyatakan bahwa mereka tidak memperkirakan dunia di mana kendaraan berbahan bakar gas dan hybrid mewakili kurang dari 40 persen pasar pada tahun 2040.

Dalam artian lain, kendaraan listrik belum mereka perkirakan akan mendominasi di 2040.

Dikutip dari Automotive News Europe, Cambolive menyatakan bahwa mereknya tetap akan menawarkan mobil berbahan bakar bensin dengan teknologi hybrid dan juga bertenaga listrik penuh.

“Bagi saya, pertanyaannya bukanlah (menjual kendaraan listrik saja pada) tahun 2030, kami akan mengikuti tren dengan dua penawaran yang sangat kompetitif dalam jajaran produk kami, dengan dua kaki,” jelas Cambolive pada Automotive News Europe di Geneva International Motor Show.

Rencana Dua Kaki dan Kolaborasi Renault

Rencana dua kaki Renault ini akan dibangun dengan menghadirkan opsi mobil listrik penuh di setiap segmen mobilnya secara terpisah.

Seperti di segmen B, mobil penumpang berdimensi kecil ukuran, Renault melengkapi katalognya dengan Renault 5 E-Tech untuk melengkapi opsi mobil listrik yang dijajarkan dengan Renault Clio, prospek small car paling laku nomor 2 di pasaran Eropa yang bertenaga bensin.

Rencana ini berbeda dengan berbagai pesaing produsen lainnya yang kebanyakan memiliki opsi sistem penggerak pembakaran internal dan listrik pada model yang sama.

Renault bukan jadi satu-satunya jenama atas yang mengurungkan ambisi elektrifikasi di akhir dekade dengan mengubah perkiraan produk mereka. Pernyataan Renault ini menyusul Mercedes Benz yang juga sejalan telah membatalkan prediksi bahwa kendaraan listrik akan menyumbang 100 persen penjualan mereka pada tahun 2030.

Sementara itu, Renault juga dilaporkan sedang dalam proses menggandeng pabrikan asal Tiongkok, Geely untuk membentuk perusahaan joint venture yang akan membuat dua grup tersebut bekerjasama mengembangkan mesin pembakaran internal dan hibrida.

Kemitraan ini akan memproduksi mesin untuk merek Renault dan Geely, termasuk Volvo, Proton, Nissan, Mitsubishi, dan Punch Torino.

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya