Warga Purbalingga Bertaruh Nyawa Demi Berikan Suara di Pilkada

Warga harus diseberangkan dengan perahu karet karena arus sungai sangat deras.

oleh Aris Andrianto diperbarui 09 Des 2015, 14:08 WIB
Diterbitkan 09 Des 2015, 14:08 WIB
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Liputan6.com, Purbalingga - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Purbalingga diwarnai dengan pembagian kalender yang bergambar salah satu pasangan calon. Pembagian dilakukan kepada calon pemilih yang sedang menunggu giliran mencoblos.

"Kalendernya sudah ada di sini sebelum saya datang, tadi saya lihat ada yang membagikan," kata seorang warga, Siti Fatimah sebelum mencoblos di TPS 8 Mlayang Desa Sidareja Kecamatan Kaligondang Purbalingga, Rabu (9/12/2015).

Kalender tersebut memang dibagikan tim sukses salah satu pasangan calon. Awalnya kalender dibungkus kertas berwarna coklat.

Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) Purbalingga, Dewi Palupi, menilai hal yang terjadi di TPS 8 Mlayang adalah pelanggaran.

"Itu bentuk pelanggaran, karena masih ada alat peraga yang beredar di masyarakat dan merupakan bahan kampanye. Seharusnya hal tersebut tidak boleh terjadi karena sejak H-3 sebelum pencoblosan tidak boleh ada lagi seperti itu," kata dia.

Dewi mengemukakan, saat ini sedang menghubungi Panwas lapangan di lokasi. "Saya segera meluncur ke sana. Jika ini benar pelanggaran, kami akan melakukan klarifikasi terlebih dulu," ujar Dewi.

Bertaruh Nyawa

Suasana mencekam sempat dirasakan Warga Grumbul Jomblang, Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga. Untuk melakukan coblosan mereka harus menyeberangi sungai yang aliran airnya cukup deras.

"Untung ada perahu karet dari TNI, kalau tidak mending kami di rumah saja," kata Miswati, warga Grumbul Jomblang.

Total ada 121 warga Grumbuo Jomblang yang harus menyeberangi Sungai Gintung. Sungai ini bermuara ke Sungai Serayu.

Untuk mencapai TPS di seberang sungai tidaklah mudah. Setelah menyeberang sungai, mereka harus berjalan sekitar 1,5 kilometer lagi dengan menyusuri pinggir sungai.

Aparat TNI yang membantu penduduk harus membuat tali pengaman agar warga tidak jatuh ke sungai yang cukup licin.

Jika tak menyeberang sungai, warga harus berjalan memutar hingga 35 kilometer. Grumbul tersebut memang terisolasi dan diapit oleh dua sungai yakni Sungai Karang dan Gintung.

Komandan Distrik Militer 0702 Purbalingga, Letnan Kolonel Kavaleri Dedi Safrudin mengatakan, ada dua perahu karet yang disiapkan untuk membantu penduduk di Grumbul Jomblang.

"Warga harus diseberangkan dengan perahu karet karena arus sungai sangat deras, habis hujan," kata Dedi.

Selain itu, kata dia, ada palung di tengah sungai yang sangat membahayakan saat arus deras. "Kami siapkan juga pelampungnya," imbuh dia.

Pilkada Purbalingga diikuti 2 pasangan calon Bupati dan wakil Bupati. Yakni nomor urut 1, Tasdi dan Dyah Hayuning Pratiwi (Tasdi-Tiwi) dan nomor urut 2, Sugeng dan Sucipto (Sugeng-Cipto).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya