Janji Independen Ahok Berakhir di Jalur Partai

Tak ada yang abadi dalam politik. Semua berjalan dinamis sesuai aspirasi dan kepentingan para elitenya.

oleh Delvira HutabaratDevira Prastiwi diperbarui 21 Agu 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2016, 08:00 WIB
20160719- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Ahok- Herman Zakharia
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menerima kunjungan pemain dan kru film 3 Srikandi, Jakarta, Selasa (19/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang abadi dalam politik. Semua berjalan dinamis sesuai aspirasi dan kepentingan para elite-nya. Begitu juga dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Gubernur DKI Jakarta yang berniat kembali maju sebagai calon gubernur (cagub) pada Pilkada DKI 2017 juga merasakan dinamisnya politik ibu kota.

Jauh hari sebelum gema Pilkada DKI ramai dibicarakan, Ahok telah mengumumkan niat maju sebagai cagub melalui jalur independen. Ahok berkilah ongkos politik yang harus dikeluarkan melalui partai sangat mahal, dan dia tidak punya banyak uang untuk itu.

Di saat bersamaan, relawan TemanAhok terbentuk dan langsung menggalang dukungan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk meng-goal-kan Ahok maju melalui jalur independen.

Dengan perjuangan tak kenal lelah dan beragam cara, TemanAhok akhirnya mampu mengumpulkan 1 juta KTP dukungan sebagai bekal Ahok maju independen. Ahok pun menyambut baik hasil kerja keras relawan pendukungnya tersebut.

Dia kembali membulatkan tekad maju melalui jalur independen. Bahkan, Ahok tegas menyatakan lebih baik tidak mencalonkan sebagai cagub jika tidak memenuhi keinginan TemanAhok tersebut.

"TemanAhok enggak mudah kumpulkan 1 juta KTP. Kalau saya disuruh pilih, pilih TemanAhok tapi gagal jadi gubernur atau jadi gubernur tapi tinggalkan TemanAhok, maka saya pilih gagal jadi gubernur saja," kata Ahok di Markas TemanAhok, Pejaten, Jakarta Selatan, Minggu 19 Juni 2016.

Mantan Bupati Belitung Timur itu menyampaikan hal tersebut di hadapan pendiri TemanAhok dan ratusan warga Jakarta yang hadir dalam perayaan pengumpulan 1 juta KTP untuk Ahok.

Pernyataan itu sekaligus menepis kabar jika dirinya akan tergoda oleh tawaran beberapa partai politik untuk maju melalui jalur partai.

Ketum Partai NasDem, Surya Paloh (kanan) bersalaman dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat menghadiri pelantikan pengurus Partai NasDem DKI Jakarta di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (20/3/2016). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Keyakinan Ahok mulai goyah, setelah tiga partai politik yaitu Nasdem, Hanura, dan Golkar menegaskan dukungan kepada dirinya untuk memperebutkan kursi DKI-1. Dukungan 'tanpa syarat' itu membuat mantan Bupati Belitung Timur bimbang.

Dengan didukung tiga partai, jalan Ahok untuk mengikuti Pilkada DKI melalui jalur parpol terbuka lebar. Dengan total dukungan 24 kursi DPRD dari gabungan tiga partai tersebut (Nasdem 5 kursi, Hanura 10 kursi, Golkar 9 kursi) Ahok hanya tinggal menunggu ketokan palu pengesahan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk resmi menjadi cagub di Pilkada DKI.

Hal sedikit berbeda jika dia maju melalui jalur independen. Di jalur ini jalan Ahok masih relatif panjang. Verifikasi data dukungan yang ketat dan waktu yang singkat bukan tidak mungkin 1 juta KTP dukungan yang sudah diperoleh menyusut dan tidak memenuhi batas minimal persyaratan cagub setelah diverifikasi. Ahok galau.

Akhirnya Jalur Partai

Keputusan besar akhirnya diambil Ahok. Rabu 27 Juli 2016 dia memutuskan maju Pilkada DKI melalui jalur partai. Hal tersebut, dikatakan Ahok dalam acara halalbihalal bersama relawannya, TemanAhok, dan tiga parpol pendukungnya.

"Sudahlah maju lewat parpol saja," kata Ahok menutup sambutannya di depan markas TemanAhok, Kompleks Graha Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Sebelum mengatakan hal tersebut, Ahok menceritakan beberapa kisah ketiga parpol pendukungnya yakni Nasdem, Hanura, dan Golkar saat merapat mendekatinya.

"Ketiga partai ini tahu saya, pokoknya mendukung Ahok tapi kalau bikin acara pakai duit parpol lu ya jangan pakai duit TemanAhok," ujar Ahok disambut tepuk tangan ratusan pendukungnya yang hadir.

Dia menilai, maju sebagai calon independen ataupun partai politik sama-sama diperbolehkan undang-undang. "Gimana ya. Sebetulnya dua-dua boleh secara undang-undang bisa perorangan bisa parpol," kata Ahok di Gedung Kesenian Jakarta, Minggu 31 Juli 2016.

Partai Golkar menyerahkan surat dukungan kepada Ahok di Kantor DPD Golkar DKI, Menteng, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Delvira Hutabarat)

Dia tidak mau memusingkan perkataan orang soal sikapnya itu. Paling tidak, dia membuktikan ada parpol yang mendukung tanpa syarat dan tidak mewajibkan calon bergabung dalam parpol.

"Tapi satu yang saya membuktikan ada parpol dukung saya tanpa mahar tanpa mesti jadi anggota partai," ujar Ahok.

Suami Veronica Tan itu merasa, dukungan semacam ini baru pertama terjadi di Indonesia. Tidak masalah bila dianggap tak konsisten tapi paling tidak budaya politik tanpa mahar terbukti berhasil.

"Ini pertama kali saya rasa dalam sejarah republik kita, partai mencalonkan saya tanpa minta mahar, tanpa syarat dan tidak mewajibkan saya jadi anggota partai," pungkas Ahok.

Ahok juga mengabaikan saran staf ahlinya Sunny Tanuwidjaja. Bahkan, keputusan maju Pilgub DKI 2017 lewat jalur parpol pun bukan atas saran dari Sunny.

"Bukan saran beliau. Sekarang enggak begitu banyak ngobrol. Saran dia (Sunny) lebih banyak gabung dengan tiga parpol," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin 1 Agustus 2016.

Menurut Ahok, Sunny justru ingin agar Ahok menempuh jalur independen. Tujuannya agar mantan Bupati Belitung Timur itu dapat menjadi eksperimen politik dan membuktikan kekuatan politik tanpa lewat parpol. Namun begitu, Ahok tak mau dijadikan eksperimen Sunny.

"Kalau beliau maunya justru independen, supaya tes. Kan dia punya obsesi, namanya juga calon doktor kan pengin eksperimen," ucap Ahok.

Namun saran untuk maju pilkada melalui jalur independen itu tak diterimanya. Bagi Ahok, pilihan menggunakan partai politik merupakan sikap mengutamakan kepentingan bangsa, bukan semata-mata pembuktian kekuatan tanpa parpol.

"Kalau menurut saya dia lebih cenderung agar saya independen, supaya saya bisa membuktikan bagaimana. Makanya dia enggak bisa, kalau saya putuskan sesuatu lebih untuk kepentingan negara," ujar Ahok.

Sejuta KTP Tetap Berguna

Bagi Ahok, tidak ada yang sia-sia dari 1 juta data KTP dukungan padanya. Walaupun saat ini dia memutuskan maju melalui jalur partai politik.

"Enggak sia-sia. Kenapa mesti sia-sia? Makanya, sekarang yang ngomong kecewa itu, saya mesti tanya, saya mesti tanya juga, Anda ngumpulin KTP pengen saya jadi gubernur kembali, atau pengen saya melawan seluruh partai politik? Itu pertanyaan saja, gitu loh," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis 28 Juli 2016.

Menurut Ahok, keputusannya berpaling dari jalur independen bukan karena jalur yang akan dilalui akan lebih sulit.


Puluhan kotak berisikan data KTP dukungan warga Jakarta kepada bakal calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Sekretariat TemanAhok, Jakarta, Minggu (19/6). TemanAhok berhasil mengumpulkan satu juta KTP. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

"Enggak terlalu sulit juga, siap kok (independen). Sekarang enggak sulit lagi karena ada independen ditambah dengan parpol. Ada independen sama parpol. Kita kan sudah bukan deparpolisasi lagi," kata Ahok.

Ahok meyakini para pendukungnya yakni TemanAhok tak kecewa dia memilih jalur partai politik, bukan jalur independen. Ahok saat ini mendapat dukungan tiga parpol untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 yaitu Golkar, Hanura, dan Nasdem.

"Enggaklah kalau satu juta mereka kecewa. Mau minta jadi saksi, mereka dilibatkan," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa 19 Juli 2017.

Keyakinan Ahok itu berdasar pada permintaan TemanAhok untuk tetap dilibatkan menjadi saksi Pilgub DKI 2017 dan juga timses Ahok. Apabila ada beberapa yang belum setuju dengan jalur parpol, hal itu dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.

"Kalau banyak yang kecewa, ya makanya saya mengajak duduk bareng. Dan TemanAhok dari dulu nggak mempermasalahkan. Bagi TemanAhok, yang penting saya maju. Asumsi mereka pertama tidak ada partai yang mau mendukung," ucap Ahok.

Selain itu, menurut Ahok, TemanAhok sudah menjadi sebuah yayasan yang mengumpulkan  bantuan selama pilgub yang mengalir kepada Ahok. Usai pilgub, TemanAhok akan melanjutkan berbisnis.

"Di seluruh Indonesia ada banyak TemahAhok juga loh. Mereka kasih ide buka toko, nerusin. Yayasan ini kamu udah tau nih sekarang mana orang yang mendukung duit, mendukung barang, tanpa pamrih. Bisa kamu ajak aja jadi pengurus," Ahok menandaskan

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya