Liputan6.com, Jakarta Lembaga Konsultan Politik Indonesia (LKPI) menyebutkan, sulit bagi siapa pun calon gubernur Jakarta bisa menang satu putaran. Sebab, untuk menang satu putaran, jumlah perolehan suara harus mencapai 50 persen dari kandidat lain.
Memprediksikan putaran kedua, LKPI pun membuat survei Pilkada DKI 2017 dengan melakukan head to head setiap pasangan cagub DKI.
"Jika paslon satu beradu dengan paslon tiga, jumlah suaranya adalah 31,8 persen berbanding 38,5 persen, dengan 29,7 persen koresponden memilih tidak menjawab," kata Direktur Riset LKPI Tatak Ujiyanti di Jakarta Pusat, Kamis 2 Februari 2017.
Advertisement
Lalu bagaimana jika tanding head to head dengan cagub petahana: Agus-Ahok, Anies-Ahok? Tatak mengatakan, ada ketimpangan signifikan, saat mereka melawan Ahok di putaran kedua.
"Paslon nomer tiga melawan paslon dua, hasil survei kami 45,2 persen berbanding 29,5 persen, dengan 25,3 persen tidak menjawab. Dan bila paslon nomer satu yang bertanding dengan paslon nomer dua, yakni 43,3 persen berbanding 31,6 persen, dengan tidak menjawab 25,1 persen. Ini justru agak telak menangnya (bagi lawan Ahok-Djarot)," Tatak memaparkan.
Tatak mengibaratkan, situasi Ahok-Djarot pada putaran kedua bak kartu mati. "Sulit di putaran kedua untuk Ahok-Djarot bisa menang. Agak kartu mati, sementara Anies-Sandi lawan siapa saja bisa menang."
Survei Pilkada DKI 2017 ini dilakukan pada 13-26 Januari 2017, yang mencakup seluruh wilayah di DKI Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden 600 orang, survei ini dilakukan dengan membuat kuota perbandingan seimbang laki dan perempuan. Sedangkan, margin of error 3,9 persen.