Presidium Alumni 212 Kecewa Hasil Ijtimak Ulama GNPF

Dia juga mempertanyakan kenapa nama Yusril Ihza Mahendra tak masuk dalam ijtimak ulama.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Agu 2018, 06:06 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2018, 06:06 WIB
Anies Baswedan di acara Ijtima Ulama GNPF.
Anies Baswedan di acara Ijtima Ulama GNPF. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Presidium Alumni 212 mengaku kecewa dengan hasil ijtimak ulama GNPF Ulama yang merekomendasikan Salim Segaf Aljufri dan Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai cawapres Prabowo Subianto. Ketum PA 212, Aminuddin menyampaikan nama yang direkomendasikan di luar rakornas PA 212 pada Mei lalu.

"Saya agak kecewa dengan hasil ijtimak ulama kemarin. Misalnya pada medio Mei lalu ada Rakornas PA 212. Di situ merekomendasikan capres-cawapres," jelas Aminuddin dalam diskusi yang digelar Lembaga Penelitian Pengembangan Agama dan Sosial (LePPAS) di D'Hotel, Guntur, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).

Dalam rakornas PA 212 itu, ada beberapa nama capres yang direkomendasikan. Di antaranya Prabowo Subianto, Anis Matta, Anies Baswedan, Yusril Ihza Mahendra dan M Zainul Majdi atau TGB.

"Saya menyesalkan di forum ijtimak ulama di Menara Peninsula tak memperkuat keputusan Rakornas PA 212. Kenapa mesti buat keputusan lain? Padahal ulama yang datang itu-itu saja. Saya kira satu marwah. Kenapa kok lain keputusannya? Kenapa tidak memperkuat hasil rakornas?" papar Aminuddin.

Dia juga mempertanyakan kenapa nama Yusril Ihza Mahendra tak masuk dalam ijtimak ulama. Padahal Ketua Umum PBB itu juga hadir di acara ijtimak ulama.

"Beliau direkomendasikan PA 212 sebagai capres atau cawapres, kok di Menara Peninsula namanya hilang? Kalau diperkuat kan lebih gagah. Jangan heran kalau ada pertanyaan GNPF Ulama titipan siapa?" ujar Aminuddin.

Dia juga mengimgatkan tidak baik mempolitisasi agama, apalagi jika ada parpol yang memaksakan kehendak.

"Misalnya harus si A jadi cawapres. Ini kan saya kira tidak menjunjung politik adiluhung dalam bekerja sama, apalagi yang dibawa marwah keulamaan. Jangan sampai rekomendasi ijtima itu mendikte partai-partai politik seakan-akan harus karena itu sifatnya rekomendasi. Partai kan punya mekanisme tersendiri," pungkas Aminuddin.

 

Reporter: Hari Ariyanti

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya