Liputan6.com, Jakarta - Seorang guru ngaji tak bisa berobat menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) gegara kartunya terkena blokir. Temuan itu didapat Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat bertemu dengan guru ngaji tersebut di Boyolali, Jawa Tengah, yang kemudian diceritakan kembali saat bertemu dengan pengurus dan pimpinan Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Gebang Purworejo pada Minggu (31/12/2023).
Ganjar mengungkapkan, kehidupan sang guru ngaji tersebut sangat prihatin. "Jadi saya kemarin di Boyolali ada guru ngaji. Mohon maaf rumahnya tidak layak huni, penghasilan seiklasnya dari keluarga-keluarga yang membantu," kata Ganjar.
Baca Juga
Ganjar mengatakan, sang guru ngaji merupakan penerima manfaat Kartu Indonesia Sehat. Namun, sayangnya kartu tak bisa terpakai karena permasalahan administrasi. Padahal, saat itu sang guru ngaji kondisi sedang sakit dan sangat membutuhkan layanan kesehatan.
Advertisement
"Yang menarik pada saat dia menerima jaminan kesehatan pas sakit diblokir. Akhirnya beliau membuat testimoni kebetulan orangnya ada, saya panggil, cerita testimoni soal jaminan kesehatan yang terblokir, ujar Ganjar.
"Siapa kemudian yang bertanggung jawab? Padahal kategorinya tidak mampu," sambung Ganjar.
Ganjar kemudian memperkenalkan KTP Sakti, salah satu program unggulan Ganjar-Mahfud bila terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden masa bakti 2024-2029. Menurut dia, KTP sakti diyakini mampu mempermudah masyarakat untuk mengakses layanan yang didapat dari pemerintah.
"Jadi yang dapat jaminan seperti beliau tidak perlu repot nyimpen geg terus blokir. Wis digawe otomatis," ujar dia.
Selain bercerita hal itu, Ganjar juga memperkenalkan program unggulan berupa pemberian dana insentif untuk guru keagamaan. Ganjar menyiapkan anggaran Rp 4 triliun agar program bisa berjalan. Menurut dia, kebijakan ini pernah dijalani semasa menjabat sebagai Gubernur Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.
"Kita sudah launching ya waktu Pak Mahfud di mana, Sabang. Kita melaunching bahwa seluruh guru agama, guru ngaji akan mendapatkan insentif karena praktek ini pernah kita lakukan waktu di Jawa Tengah," ujar dia.
Â
Anggaran Rp 4 Triliun
"Kita pernah menghitung-hitung waktu itu anggarannya kurang lebih Rp 4 triliun lah kalau pakai pola Jawa Tengah. Insya Allah mudah-mudahan ini bisa berjalan karena kita punya kepentingan yang lain," sambung dia.
Bukan tanpa alasan, Ganjar menilai guru agama dinilai memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak-anak. Karena, selain diajarkan ilmu agama mereka juga diajakan budi pekerti.
"Insya Allah kalau ilmu agamanya bagus, budi pekertinya bagus kan hubungan sosialnya menjadi bagus. Maka anak-anak ini bertemu dengan orang yang berbeda golongan, berbeda agama, berbeda suku mereka akan merasa mereka saudara saya sebagai warga negara Indonesia," tandas dia.
Advertisement