Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo punya startegi jitu dalam mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi. Selain menambah pembangunan pabrik pupuk, Ganjar juga menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan, sehingga importisasi bahan baku pupuk tidak hanya terpaku kepada negara Ukraina-Rusia.
Pernyataan Ganjar menanggapi Presiden Joko Widodo atau Jokowi,yang menyatakan Perang Ukraina-Rusia berimbas ke pasokan bahan baku pupuk yang diterima Indonesia.
"Ada sumber bahan pupuk yang dari negara lain kok. Kalau intinya kan beberapa materinya adalah gas, maka sumber-sumber gas yang ada di Indonesia ini bisa kita prioritaskan untuk pupuk itu," kata Ganjar di Desa Kutukan, Blora, Jawa Tengah pada Kamis (4/1/2024)
Advertisement
Terkait hal ini, Ganjar menilai pentingnya memperluas dan meningkatkan kerjasama pelbagai sektor dengan negara-negara lain demi meraih kepentingan nasional.
"Beberapa yang lain kan kita bisa dalam hubungan dagang luar negeri kita, bisa mengacak partnership dengan mereka, mutual kegiatannya dan kemudian kita bisa menggunakan pola-pola kerjasama untuk bersama-sama," ujar dia.
"Kita materialnya tidak tunggal kan, maka pentingnya kerjasama internasional salah satu untuk kepentingan nasional itu, begitu," sambung dia.
Ganjar mengakui, persoalan kesulitan mendapat pupuk bersubsidi sering didengar tiap menemui petani di Indonesia. Menurut dia, ada hal yang menjadi faktor kelangkaan itu bisa terjadi diantaranya akibat stok pupuk bersubsidi dikurangi.
"Sudah tiga tahun terkhir subsidi dikurangi," ujar dia.
Â
Penyaluran Pupuk Bersubsidi Belum Tepat Sasaran
Selain itu, penyaluran pupuk bersubsidi dianggap belum tepat sasaran. Padahal, sudah jelas peruntukkan bagi petani yang lahan di bawah dua hektare.Â
"Nah yang di atas 2 hektare mungkin juga ikut beli atau karena perbedaan harga nyeludup kemana-mana," ujar dia.
Ganjar kemudian melemparkan pertanyaan kepada petani terkait siapa yang berhak menerima pupuk bersubsidi.
"Yang harus terima pupuk subsidi siapa," tanya Ganjar. "Petani," jawab peserta dialog.
"Petani seperti apa?," tanya Ganjar.
"Petani yang mempunyai sawah atau menggarap sawah dengan luas maksimum 2 hektare," jawab peserta.
"Tapi yang punya sawah berhektare-hektare, ada enggak beli subsidi," tanya Ganjar.
"Banyak," jawab peserta.
Ganjar kemudian menjelaskan, itulah pentingnya kartu tani supaya subsidi tepat sasaran. "Maka kenapa saya buat kartu tani agar kita tahu, supaya yang punya lahan 2 hektare, siapa yang buruh tani dan siapa yang harus dapat subsidi," jelasnya.Â
Â
Advertisement
Ganjar Ungkap Kriteria Petani yang Utang KUR-nya Bakal Dihapus, Apa Saja?
Terkait Kredit Usaha Rakyat (KUR), Ganjar Pranowo mengungkapkan, tidak semua petani menerima manfaat pemutihan. Menurut dia, akan ada tim yang menentukan siapa yang berhak mendapatkan bantuan agar program tepat sasaran.
Hal itu disampaikan Ganjar Pranowo saat berdialog dengan warga di Desa Kutukan, Blora, Jawa Tengah, Kamis (4/1/2024).
"Kami sudah menghitung khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) petani, angka Rp 600 Miliar. Nanti tim menilai begitu disebabkan situasi Covid-29, cuaca atau bencana, saya hapuskan," kata Ganjar.
Ganjar menerangkan, timnya akan mengidentifikasi setiap masalah petani yang terjerat hutang KUR guna menentukan dan mengklasifikasi kelayakan penerima bantuan program pemutihan hutang Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menurut dia, priroritas itu diberikan bila pinjaman digunakan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Bukan untuk hal-hal lain.
"Tapi ada yang utang KUR untuk kebutuhan lain ya ora iso. Tapi kalau untuk usaha pertanian bisa dihapuskan, agar petani bisa bangkit lagi berproduksi lebih baik lagi," ujar dia.
Ganjar menyampaikan hal itu setelah mendengarkan salah satu curhatan dari warga bernama Wagiam. Dia merupakan petani yang mempunya hutang Rp 11 juta di salah satu bank plat merah. Wagiman terpaksa meminjam uang untuk mencukup kebutuhan hidup keluarga. Karena tak adalagi penghasilan sejak musim kemarau panjang.
"Istri saya buruh tani tanam padi saya kerja cangkul di sawah, sampai sekarang ini belum ada hujan yang basahi tanah itu. Bibit padi yang disebar mati semua," ujar dia.