KPU Undang Kemenkes dan IDI Terkait Banyak Petugas KPPS Meninggal

KPU telah berusaha mengurani beban petugas KPPS atau penyelenggara pemilu, dengan cara mengurangi jumlah pemilih di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mei 2019, 15:43 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2019, 15:43 WIB
KPPS Jalani Tes Kesehatan
Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menjalani pemeriksaan kesehatan oleh petugas medis Puskesmas saat pemungutan suara ulang di TPS 49 Rengas, Ciputat Timur, Tangsel, Rabu (24/4). Pemeriksaan untuk antisipasi menurunnya kesehatan fisik akibat kelelahan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Viryan Aziz mengatakan, pihaknya akan mengundang Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Hal itu terkait banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dan sakit.

"Memang kami mengundang pihak terkait dari Kemenkes, IDI dan pihak terkait lainnya Ombudsman, termasuk Bawaslu untuk membahas bersama," kata Viryan di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2019).

Dia menegaskan, KPU tidak ingin jajaran petugas KPPS, PPS, PPK meninggal dan sakit. KPU, kata Viryan telah berusaha mengurani beban petugas KPPS atau penyelenggara pemilu, dengan cara mengurangi jumlah pemilih di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Satu, upaya yang kami lakukan dari awal adalah dengan desain Pemilu yang di UU 7/2017 KPU sudah berikhtiar dengan mengurangi jumlah pemilih per TPS, itu langkah strategis dari 500 pemilih menjadi 300 pemilih per TPS," kata dia.

"Kemudian kita juga mendukung masyarakat sipil yang melakukan judicial review terhadap masa waktu pemungutan dan penghitungan suara di TPS yang harus selesai pada tanggal tersebut yaitu tanggal 17 April pukul 24.00 WIB. Kemudian MK memutuskan ditambah 12 jam sehingga dimungkinkan selesai tanggal 18 April pukul 12.00 WIB," sambungnya.

Menurutnya, dari segi durasi waktu ia nilai sudah cukup bagus. Meski begitu, banyak petugas KPPS yang sakit hingga meninggal dunia.

"Saya pikir dari segi durasi sudah cukup memadai, namun juga demikian petugas yang meninggal terjadi lagi dan memang ini hal yang tidak kita inginkan. Namun santunan kita percepat prosesnya dan kami melakukan audit medis terhadap rekan-rekan kami yang meninggal," ucap Viryan.

 


Tugas Berat

Petugas KPPS di Semarang Kenakan Pakaian Adat Nusantara
Petugas KPPS berpakaian tradisional menyambut warga yang akan mencoblos di TPS 7 Panggung Lor, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (17/4). Para petugas mengenakan pakaian khas Nusantara untuk menghibur dan menarik warga dalam memilih di Pemilu 2019. (Liputan6.com/Gholib)

Ratusan anggota kelompok panitia pemungutan suara (KPPS) meninggal dunia usai mengawal jalannya pesta demokrasi 17 April 2019 lalu.

Ketua KPU RI Arief Budiman mengaku sedih dan menyampaikan duka mendalam atas tragedi tersebut. Dia mengatakan KPPS memiliki tugas yang berat. Bahkan, menguras tenaga dari pagi hingga pagi lagi.

"Saya pernah ikut petugas pantarlih (panitia daftar pemilih) yang harus data pemilih. Mereka sebenarnya yang paling menentukan pemilu aman, sukses dan lancar. Pekerjaan mereka tidak sehari tapi rangkaian panjang," ujar Arief usai memberikan santunan kepada Keluarga Tatang, salah seorang KPPS yang meninggal dunia di Tamansari, Jakarta Barat, Jumat (3/5/2019).

Arief bercerita kerja berat Tutung dimulai jauh sebelum 17 April 2019. Tutung harus melapor penyebaran C6 yang menjadi surat pemberitahuan kepada pemilih di kediaman mereka masing-masing.

Saking berat dipikulnya, lanjut Arief, Tutung akhirnya menutup mata untuk selamanya saat berada di kantor kelurahan.

"Itu saya pikir negara patut berterimakasih dan memberikan penghargaan kepada mereka," ujar Arief.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya