Dampak Perlambatan Ekonomi ke Sektor Properti Tak akan Lama

"Program satu juta rumah juga akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi," kata Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Agu 2015, 11:17 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2015, 11:17 WIB
Perumahan.
Perumahan (Foto: REI).

Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi yang disertai dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut berimbas pada sektor properti. Namun imbas tersebut diperkirakan tak akan berlangsung lama. 

"Ada pengaruhnya, di mana dolar menguat dan pelemahan ekonomi saat ini mengakibatkan semua sektor melambat termasuk properti," ujar Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Eddy Hussy, di Jakarta, seperti ditulis Kamis (27/8/2015).

Namun dia meyakini bahwa dampak tersebut tidak akan berlangsung lama. Dengan visi misi pemerintah yang mendorong percepatan pembangunan infrastruktur diyakini bakal kembali mengairahkan sektor properti.

"Tapi dampak ke properti hanya dalam waktu pendek. Karena pemerintah sudah mengalirkan anggaran untuk infrastruktur. Di situ properti akan tertolong," lanjut dia.

Selain itu, program pemerintah untuk membangun satu juta rumah juga dinilai akan menjadi pendorong agar sektor properti kembali bergairah.

"Program satu juta rumah juga akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa perlambatan ekonomi dan pelemahan rupiah sejauh ini belum mengganggu program satu juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kalau dari PU-Pera, belum ada satu pun kontraktor di bawah PU-Pera yang eskalasi (kenaikan biaya proyek). Anggaran FLPP kami juga sudah terserap habis untuk pembiayaan perumahan. Jadi belum ada pengaruhnya perlambatan ekonomi pada sektor perumahan," tandasnya.

Basuki juga mengungkapkan, meski kondisi ekonomi tengah memburuk, namun permintaan akan properti terutama untuk golongan menengah ke bawah tetap tinggi.

"Satu juta rumah tetap dibutuhkan meski katanya ekonomi sedang melemah, karena permintaan MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) tetap tinggi. Meski REI menyatakan permintaan rumah ditingkat menengah ke atas menurun, tapi yang ke bawah masih tinggi sehingga program satu juta rumah ini tetap dibutuhkan," jelas dia.

Guna mendorong kepemilikan rumah bagi masyarakat menengah ke bawah ini, pada tahun depan, lanjut Basuki, pemerintah siap meningkatkan anggaran untuk subsidi FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) menjadi dua kali lipat.

"FLPP sebesar Rp 5,1 triliun sudah habis terserap pada Juli 2015 untuk 68 ribu rumah. Tahun depan akan di-double-kan FLPP-nya meski pasti tetap tidak akan mencukupi. Oleh sebab itu, inovasi pembiayaa rumah masih harus terus digali," kata Basuki. (Dny/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya