Liputan6.com, Jakarta Membeli rumah adalah keputusan besar bagi sebagian orang. Melihat nilainya yang besar dan harganya yang terus melambung tinggi, Anda harus lebih bijak menentukan momen yang pas membeli rumah. Meski bukan cenayang, ternyata Anda bisa mengecek waktu tepat membeli rumah.
Sayangnya, sebagian besar orang mengambil keputusan jual beli rumah di tengah kondisi yang mendesak, misalnya membutuhkan uang dengan cepat atau ada kejadian tak terduga di tengah keluarga. Namun jika Anda punya jeda waktu yang longgar, tidak ada salahnya menunggu waktu yang pas untuk mengambil keputusan.
Dilansir dari Rumah.com, berikut ini beberapa indikator yang bisa menjadi penanda waktu pas membeli atau menjual rumah:
Advertisement
1. Kondisi pasar
Berbeda dengan kondisi pasar properti 20 tahun lalu, kini dunia properti banyak terpengaruh oleh hal eksternal khususnya dari kebijakan pemerintah dan perbankan. Jangankan membandingkan kondisi pasar properti dalam dan luar negeri, tren properti tiap kota di Indonesia memiliki warna yang berbeda.
Untuk itu, sebelum membeli atau membeli rumah, usahakan untuk mempelajari kondisi properti yang berlaku di lokasi tujuan. Lakukan riset sederhana dengan bertanya dengan pakar properti seperti broker agar mendapat wawasan terkini.
2. Fluktuasi suku bunga
Banyak orang yang mengandalkan fasilitas KPR untuk membeli rumah. Untuk itu suku bunga adalah pertimbangan jangka panjang yang sangat penting. Pada tahun-tahun pertama, mungkin Anda akan merasa diuntungkan oleh suku bunga rendah, namun pada tahun ketiga dan selanjutnya, kenaikan suku bungu bisa memberi pengaruh besar untuk porsi pengeluaran bulanan rumah tangga.
Agar tidak tertipu, Anda bisa mempelajari kondisi ekonomi saat ini dan membandingkan pilihan suku bunga yang pas untuk dimiliki. Jika diprediksi perekonomian akan berjalan mulus kedepan maka tidak ada salahnya mengambil KPR dengan suku bunga floating. Sementara jika sebaliknya, Anda disarankan memilih bank yang menyajikan suku bunga flat.
3. Perhatikan “Property Clock”
Tahukah Anda bahwa properti memiliki siklus berulang dari waktu ke waktu? Dikutip dari tulisan F.Rach Suherman, CPA yang pernah dipublikasikan pada harian Seputar Indonesia, Property clock merupakan sebuah siklus yang terbagi pada empat satuan market sentiment.
Pertama adalah buyer’s market yaitu suatu keadaan dimana pembeli memiliki nilai tawar lebih kuat daripada supply. Situasi ini memungkinkan munculnya insentif kepada pembeli yang besar.
Siklus kedua, soft market yang merupakan stabilisasi waktu antara kekuatan demand (pembeli) dan supply (penjual). Keduanya memiliki daya tawar seimbang sehingga gaya tariknya lebih terletak kepada kompetisi diantara supply yang ada di pasar saat itu.
Ketiga, seller’s market yaitu kekuatan yang bertumpu pada nilai tawar tinggi yang dimiliki penjual (developer maupun individu). Kontrol supply menjadi demikian selektif dan tidak seimbang dengan ledakan permintaan. Akibat langsungnya adalah harga akan naik dan insentif untuk konsumen menjadi begitu pelit.
Dan yang terakhir weak market. Siklus ini membuat pasar mengalami perlambatan pemintaan sehingga penjual akan menata struktur equilibrium baru.
Sebelum itu tercapai, supply akan menjadi berlebih karena daya serap yang rendah dan harganya mahal. Efeknya adalah over supply dan diskon/insentif menjadi andalan penting. Begitu seterusnya, setelah weak market ini, periode buyer’s market akan dimulai kembali.
4. Tunggu Waktu Tepat
Banyak orang yang merasa frustasi karena rumah yang dipasarkan tak kunjung laku. Beberapa penjual bahkan rela menjual rumah dengan harga miring karena kebutuhan yang sangat mendesak, misalnya menjelang hari raya. Inilah saatnya Anda membeli.
Dari keempat indikator di atas, kondisi saat ini bisa dibilang merupakan saat yang tepat untuk membeli properti. Suku bunga sedang stabil, pemerintah sedang memudahkan proses membeli rumah, di antaranya adalah adanya rencana menurunkan uang muka rumah hingga 10%, serta property clock yang masih berada pada weak market menurut pengamat, dengan suplai hunian yang berlebih.