Liputan6.com, Jakarta Ada banyak metode yang bisa ditempuh untuk mewujudkan asa membeli hunian di lokasi impian. Entah itu tujuan Anda adalah apartemen atau rumah tapak.
Salah satu cara yang umum diketahui masyarakat adalah menabung. Minimal tabungan ini dialokasikan untuk uang muka (down payment).
Untuk DP rumah, konsumen setidaknya harus melunasi 20% (bahkan ada developer yang menawarkan 10%) dari harga properti tersebut. Sedangkan uang muka apartemen seperti ditetapkan oleh Bank Indonesia besarannya adalah 30%.
Advertisement
Selanjutnya sisa nilai jual properti yang harus dibayar bisa dilunasi dengan metode cicilan kepada bank. Plafon kredit yang dikucurkan bank sekitar 70% – 80%.
Namun sejujurnya, langkah menabung ini masih dirasa sulit oleh sebagian orang. Terutama bagi pasangan muda yang hidup di perkotaan, yang masih menggemari gaya hidup defisit. Artinya, pengeluaran kerap lebih besar dari pendapatan alias gaji.
Maka dari itu, untuk meraih target hidup “punya rumah atau apartemen sendiri” dibutuhkan tekad yang kuat dan komitmen tinggi. Mulai memangkas pengeluaran bulanan yang tidak penting, misalnya.
(Baca juga: 7 Jurus Mengelola Uang Agar Punya Rumah Tahun Depan)
Sadari penghasilan
Motivator Perencanaan Keuangan, Kaukabus Syarqiyah, berpendapat gaya hidup pekerja masa kini tidak lepas dari agenda “hura-hura”. Definisi ini termasuk kebutuhan entertainment diluar batas, hobi kulineran di resto mahal, estetika dan berbelanja pakaian.
“Idealnya, batasan untuk kepentingan pribadi itu hanya 20% dari gaji. Jika sudah habis alokasi 20%-nya, ya mau tidak mau harus stop. Maka dari itu selalu Saya tekankan, bersenang-senanglah dengan konsekuensi,” tegas ibu muda yang akrab disapa Kikau ini kepada Rumah.com.
Oleh karena itu, dalam ilmu perencanaan keuangan sebaiknya Anda mengalokasikan penghasilan untuk beberapa pos berikut ini:
- 50% – 60% untuk biaya hidup bulanan.
- 20% untuk tabungan dan investasi sesuai tujuan finansial, misalnya DP rumah/ apartemen.
- 10% untuk dana darurat.
- Maksimal 30% apabila masih ada cicilan pinjaman. Bilamana ada, maka alokasi untuk pos pengeluaran lain akan berkurang.
Dari pos diatas, kebutuhan gaya hidup masuk kedalam 50% – 60% biaya bulanan. Di mana hanya 20% saja yang boleh Anda habiskan, sementara sisanya harus ditujukan untuk transportasi, makan, dan kebutuhan penting lainnya.
“Jika Anda menyukai sesuatu, katakanlah hobi mengoleksi action figure, maka pengeluaran lain harus ada yang direduksi. Dan yang paling penting, sadari kemampuan! Karena tipe orang boros itu denail dengan kondisi yang ia miliki,” katanya.
Gaya hidup hemat
Hemat di sini bukan berarti Anda tidak boleh menikmati refreshing sama sekali. Kikau hanya menyarankan untuk mengontrol aktivitas hiburan tanpa menghamburkan banyak uang.
“Berbicara soal hiburan itu sebenarnya tergantung dari deskripsi masing-masing orang. Kalau menurut mereka menyaksikan film terbaru di bioskop itu sudah termasuk hiburan, ya sebaiknya nontonlah saat harga tiket murah. Di hari Senin, misalnya,” ungkap Kikau.
“Atau kalau yang suka kulineran, saat ini kan ada beberapa situs pemberi diskon makan di resto, nah yang seperti ini patut dimanfaatkan,“ tambahnya.
Terakhir, Kikau kembali mengingatkan soal prioritas, agar Anda lebih bijak dalam menyusun pengeluaran bulanan.
“Harus terus dicamkan bahwa Anda punya keperluan lain yang lebih besar dibanding hiburan. Selain itu, tidak punya hiburan, tidak mati kan?” tegas Kikau.
“Ironinya, gaya pekerja muda sekarang adalah hobi makan enak di resto mahal, sementara keluarga di rumah makan seadanya. That’s why, teman itu sering menjadi salah satu faktor dalam menentukan arah gaya hidup Anda,” ia mengakhiri.
Foto: Pixabay