Liputan6.com, Jakarta - Banyak bank konvensional yang mempromosikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga fix. Namun ternyata bunga KPR fix tersebut tidak sepanjang angsuran. Bunga fix tersebut hanya untuk beberapa tahun di depan.
Wibi, salah satu karyawan swasta yang memiliki rumah di Bogor bercerita, ia mengambil KPR sekitar 15 tahun lalu. Saat itu sebuah bank menawarkan bunga KPR fix selama 2 tahun.
Advertisement
Tanpa pikir panjang, Wibi langsung akad kredit dengan jangka waktu 15 tahun. Dalam hitungan awal, dirinya cuma mengangsur Rp 2 juta per bulan. Kejutan datang saat bunga KPR fix selesai atau dua tahun kemudian, pria ini mendapat tagihan angsuran yang sangat besar yaitu mencapai Rp 2,5 juta.
Advertisement
Gajinya memang cukup besar, tetapi karena ia adalah sandwich generation maka tanggungannya juga cukup besar.
"Cukup lumayan kerasa juga dari Rp 2 juta menjadi Rp 2,5 juta. Saya akhirnya protes," jelas dia kepada Liputan6.com Senin (21/4/2025).
Namun meskipun ada penyesuaian, kenaikannya cukup besar karena angsurannya hanya turun menjadi RP 2,3 juta. Setelah itu dua tahun kemudian atau pada angsuran tahun keempat, tagihan KPR naik lagi menjadi Rp 2,5 juta.
Hal yang sama juga dialami Hendi, pekerja swasta di sektor teknologi. Ia pertama kali mengambil KPR di bank asing dengan bunga fix selama 5 tahun.
Namun menariknya, saat bunga KPR akan menjadi floating, ia memilih untuk take over KPR ke bank lain. Alhasil kembali mendapat penawaran bunga fix dari kedua yang merupakan bank swasta.
Hal yang sama juga ia lakukan saat di bank kedua masa KPR bunga fix hampir selesai, ia take over lagi ke bank lain.
Menurut Hendi, karena penghasilannya terus naik maka ia merasakan keringanan dengan melakukan cara tersebut.
Keuntungan dan Risiko KPR Bunga Fixed
Membeli rumah merupakan impian banyak orang, dan KPR menjadi salah satu jalan untuk mewujudkannya. Namun, sebelum mengajukan KPR, memahami jenis suku bunga yang ditawarkan sangat penting, terutama perbedaan antara bunga fixed dan floating.
Bunga KPR fixed, seperti namanya, adalah suku bunga yang nilainya tetap selama periode waktu tertentu yang telah disepakati di awal perjanjian. Keuntungan utama dari bunga fixed adalah memberikan kepastian dan kemudahan dalam perencanaan keuangan.
Jumlah cicilan bulanan akan tetap sama, tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) atau kondisi ekonomi makro. Hal ini sangat membantu debitur dalam mengatur pengeluaran bulanan dan terhindar dari kejutan finansial akibat kenaikan cicilan yang mendadak.
Namun, perlu diingat bahwa kenyamanan ini hanya berlaku untuk jangka waktu tertentu, misalnya 1, 3, 5, atau 10 tahun. Setelah periode fixed berakhir, suku bunga akan berubah menjadi floating (mengapung), mengikuti perubahan suku bunga acuan.
Besaran suku bunga floating akan ditinjau secara berkala, misalnya setiap enam bulan. Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif tentang ketentuan ini sangat krusial sebelum mengambil keputusan.
Advertisement
Keuntungan KPR Bunga Fixed
Kepastian cicilan bulanan merupakan daya tarik utama KPR bunga fixed. Debitur dapat merencanakan pengeluaran bulanan dengan lebih mudah dan terhindar dari risiko kenaikan cicilan yang tiba-tiba.
Hal ini memberikan rasa aman dan nyaman dalam jangka waktu fixed tersebut. Keuntungan lainnya adalah kemudahan dalam mengatur arus kas, sehingga perencanaan keuangan jangka panjang menjadi lebih terarah dan terkontrol.
Dengan cicilan yang tetap, debitur dapat mengalokasikan dana untuk kebutuhan lain dengan lebih mudah. Tidak perlu khawatir akan adanya lonjakan pengeluaran akibat perubahan suku bunga. Ini memberikan stabilitas finansial yang sangat berharga, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, KPR bunga fixed juga memberikan rasa tenang secara psikologis. Ketidakpastian mengenai besaran cicilan setiap bulan dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Dengan bunga fixed, debitur dapat fokus pada hal-hal lain tanpa harus terus-menerus memikirkan potensi kenaikan cicilan.
Risiko KPR Bunga Fixed
Meskipun menawarkan banyak keuntungan, KPR bunga fixed juga memiliki beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan. Setelah periode fixed berakhir, suku bunga akan berubah menjadi floating. Artinya, cicilan bulanan dapat meningkat jika suku bunga acuan naik. Kenaikan ini bisa signifikan dan berdampak pada keuangan debitur.
Oleh karena itu, penting untuk memperhitungkan potensi kenaikan cicilan setelah periode fixed berakhir. Lakukan simulasi dan skenario untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut. Pastikan Anda memiliki rencana cadangan jika cicilan bulanan meningkat di masa mendatang.
Selain itu, suku bunga fixed biasanya lebih tinggi dibandingkan suku bunga floating di awal. Hal ini karena bank perlu mengkompensasi risiko yang mereka tanggung selama periode fixed. Pertimbangkan dengan cermat apakah selisih suku bunga tersebut sepadan dengan keuntungan kepastian cicilan bulanan.
Advertisement
