Liputan6.com, Jakarta - Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) bekerja sama dengan Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) menyelenggarakan Dialog Publik "Teknologi Digital dan Wajah Pelindungan Perempuan Pekerja Migran Indonesia".
Kegiatan ini bertujuan mendorong diskusi tentang penggunaan kecerdasan artifisial (AI) untuk memastikan migrasi aman bagi perempuan pekerja migran sekaligus menjadi momentum memperkenalkan hasil kolaborasi Kemlu RI dan UN Women, yaitu "Sahabat Artifisial Migran Indonesia" atau SARI.
Baca Juga
SARI adalah fitur chatbot AI ramah perempuan yang tersedia di aplikasi Safe Travel - aplikasi yang berisi informasi praktis bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri. Inisiatif ini merupakan bentuk komitmen dan upaya kolektif dari kedua lembaga untuk memberikan pelindungan kepada WNI di luar negeri, khususnya untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan pekerja migran.
Advertisement
Migrasi memberikan kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan penghidupan dan kesempatan ekonomi, namun perempuan pekerja migran juga rentan akan kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi di setiap tahapan migrasinya. Komnas Perempuan tahun 2023 mencatat ada 321 kasus kekerasan terhadap perempuan pekerja migran yang dilaporkan. Namun, ada banyak perempuan pekerja migran yang tidak melaporkan kasusnya karena stigma dan hambatan dalam mengakses dukungan dan layanan kekerasan.
Peluncuran SARI dilakukan oleh Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu RI Andy Rachmianto dan Kepala Program UN Women Indonesia Dwi Yuliawati.
"Melalui SARI yang dapat diakses melalui gawai, Kemlu berharap untuk dapat menghadirkan negara dalam genggaman pengguna (WNI). Kemlu ingin berada di garis terdepan dalam upaya merevolusi cara negara memberikan layanan dan pelindungan, yaitu melalui transformasi digital dengan kecerdasan artifisial. Hal ini selaras dengan tujuan Asta Cita," ungkap Andy, yang juga menjabat sebagai Kepala Protokol Negara.
Sementara itu, Dwi menyatakan, "AI yang dikembangkan dengan bertanggung jawab, dilatih dengan etika dan mitigasi bias, termasuk bias gender, memiliki potensi untuk memberikan solusi inovatif dalam mencegah dan mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Kami menyambut baik kerja sama dengan Kemlu RIÂ untuk pemanfaatan teknologi yang dapat mentransformasi kehidupan perempuan, termasuk perempuan pekerja migran, menjadi lebih aman dan resilien. Kami percaya bahwa kolaborasi multi pihak adalah cara yang paling relevan di situasi saat ini untuk menciptakan dampak positif dan berkelanjutan."
Keunggulan SARI
SARI dikembangkan menggunakan pendekatan human-centered design dan proses partisipatif melalui konsultasi langsung dengan komunitas perempuan pekerja migran, penyedia layanan kekerasan, organisasi masyarakat sipil dan orang muda.
Melalui integrasi data yang bebas dari bias gender, SARI didesain untuk memberikan respons percakapan yang empatik dan tidak memberikan stigma maupun prasangka. Dengan dukungan dari Migration Multi-Partner Trust Fund (MMPTF), SARI ditujukan untuk memberikan respons awal untuk melengkapi layanan tatap muka yang telah disediakan oleh Kemlu RI, terutama dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan pekerja migran.
SARI memiliki berbagai keunggulan di antaranya:
- Respons yang cepat
- Empatik
- Berbasis data pengetahuan yang lengkap dan kredibel
Advertisement
