Survei BI: Harga Material Pengaruhi Kenaikan Harga Rumah

Kenaikan harga bahan bangunan (34,16%) dan upah pekerja (23,73%) masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial

oleh Fathia Azkia diperbarui 17 Mei 2017, 10:08 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2017, 10:08 WIB
Rumah.com 4 Persiapan Sebelum Membangun Rumah
Kenaikan harga bahan bangunan (34,16%) dan upah pekerja (23,73%) masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial

Liputan6.com, Jakarta Survei terbaru Bank Indonesia mengungkapkan bahwa Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan I-2017 berada pada level 196,94 atau meningkat 1,23% (qtq), lebih tinggi dibandingkan 0,37% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

Kenaikan harga bahan bangunan (34,16%) dan upah pekerja (23,73%) masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial dalam periode laporan.

Secara triwulanan (qtq), kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil dari 0,57% menjadi 1,84%. Diikuti rumah tipe menengah dari 0,23% menjadi 1,28% dan rumah tipe besar dari 0,30% ke 0,58%.

Baca: 45% Masyarakat Indonesia Mengaku Belum Siap Beli Properti

Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan wilayah, Surabaya tercatat mengalami peningkatan harga tertinggi (3,04%, qtq) terutama pada rumah tipe kecil (4,31%). Sementara Padang, Sumatera Barat, mengalami peningkatan harga terendah (0,07%).

Sedangkan secara tahunan, harga properti residensial juga mengalami kenaikan sebesar 2,62% (yoy), lebih tinggi daripada 2,38% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Bila dirunut berdasarkan tipe, kenaikan harga rumah terjadi pada semua tipe terutama tipe kecil (3,86%, yoy).

Mengutip Rumah.com, menurut wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi terjadi di Manado (9,37%, yoy), sementara kenaikan harga rumah terendah terjadi di Pontianak (0,15%, yoy).

IHPR triwulan I-2017 menunjukkan pergerakan yang searah dengan indeks harga subkelompok biaya tempat tinggal Indeks Harga konsumen Badan Pusat Statistik (IHK-BPS). IHPR triwulan I-2017 memperlihatkan kenaikan yang lebih tinggi dari triwulan akhir tahun lalu, di mana tumbuh 0,93% (qtq) dibanding 0,70% (qtq).

Baca: 4 Bank dengan Bunga KPR di Bawah 10%

Perkembangan Penjualan Properti Residensial

Hasil survei turut mengemukakan bahwa pertumbuhan penjualan properti residensial tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 5,06% menjadi hanya 4,16% (qtq). Perlambatan penjualan properti residensial sejalan dengan masih terbatasnya permintaan terhadap rumah tapak.

Selain itu, responden memperkirakan indeks harga properti residensial pada triwulan II-2017 masih mengalami kenaikan (1,15%, qtq), meskipun kenaikannya lebih rendah dari triwulan I-2017 (1,23%, qtq).

Kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan kembali terjadi pada rumah tipe kecil (2,64%, qtq). Sementara menurut wilayah, harga rumah tertinggi diperkirakan terjadi di Bandar Lampung (3,79%, qtq).

Pada triwulan II-2017 harga properti residensial diperkirakan tumbuh sebesar 3,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2,62% (yoy) pada triwulan satu. Berdasarkan tipe bangunan, kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan kembali terjadi pada rumah tipe kecil (5,79%, yoy).

Sebagian besar responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah;

  • Lamanya perijinan (17,35%)
  • Tingginya suku bunga KPR (17,28%)
  • Tingginya uang muka rumah (16,90%)
  • Pajak (14,68%)
  • Dan kenaikan harga bahan bangunan (14,07%)

Sementara itu berdasarkan lokasi proyek, suku bunga KPR tertinggi terjadi di Maluku Utara (13,69%), sedangkan suku bunga KPR terendah berada di Kalimantan Selatan (10,60%).

Ingin membeli rumah dengan cara KPR? Cari dulu ragam perumahan barunya mulai harga Rp500 Juta hanya di sini!

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya