Liputan6.com, Jakarta Indikasi pasar yang positif diakui lebih terlihat pada semester dua tahun ini. Sejumlah kalangan meyakini bisnis properti akan bertumbuh lebih baik dibanding semester pertama. Hal ini tak lepas dari membaiknya kondisi perekonomian yang terus mendukung pertumbuhan bisnis properti.
Berdasarkan data Rumah.com Property Index, median harga properti residensial secara nasional berada pada titik 103 pada kuartal kedua (Q2) 2017 atau naik tipis 0,39% secara quarter-on-quarter (q-o-q) dari Q1 2017.
Kenaikan ini menjadi indikasi pemulihan pasar properti nasional, di mana tren harga properti residensial nasional bergerak turun sejak Q3 2016.
Advertisement
Baca juga: Property Index Q1 2017, Harga Nasional Terkoreksi
Di samping itu, komitmen tegas telah ditunjukkan Pemerintah dalam menyelesaikan masalah ketertinggalan ketersediaan hunian (backlog) sebesar 11,4 juta dengan mempercepat Program Sejuta Rumah. Ini tentu merupakan angin segar bagi kebangkitan bisnis properti ke depan.
Direktur Eksekutif IPW (Indonesia Property Watch), Ali Tranghanda, menyatakan berdasarkan data IPW, unit properti yang terjual pada triwulan I/2017 tumbuh 5,7% lebih baik dibandingkan triwulan I tahun lalu yang melambat minus 24%. Hal ini merupakan kelanjutan dari tren positif tahun lalu.
“Kenaikan terbesar terjadi di segmen menengah yang diperkirakan akan tetap menjadi primadona di sepanjang tahun 2017. Pasar properti nasional yang sehat dan solid dengan keseimbangan antara semua segmen masyarakat. Ini merupakan the rising momentum bagi industri properti,” kata Ali dalam ajang BTN Golden Property Award 2017, beberapa waktu lalu.
Ia menegaskan, adanya relaksasi loan to value (LTV) dari Bank Indonesia, pemangkasan perizinan, pemotongan PPh final, suku bunga KPR yang cenderung menurun, amnesti pajak, dan disertai pembangunan infrastruktur yang masif, menjadikan potensi besar bagi bisnis properti di tanah air untuk menorehkan kinerja positif.
Regulasi Muluskan Penjualan
Mengamini ucapan Ali Tranghanda, Chief Executive Officer (CEO) Harvest City, Hendry Nurhalim mengatakan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah saat ini sudah sangat mendukung iklim bisnis dan investasi properti, terutama dalam kemudahan perizinan.
Ditambah lagi, Bank Indonesia (BI) terus berupaya menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate menjadi 4,5 persen.
“Bagi pengembang, ini merupakan the rising momentum bagi kebangkitan industri properti yang beberapa tahun belakangan ini mengalami pelambatan. Harvest City sendiri, per 31 Agustus 2017 sudah berhasil mencapai membukukan transaksi rumah dan ruko sekitar 70 persen dari Rp400 miliar target sales yang ingin dicapai di tahun 2017 ini,” ungkap Hendry Nurhalim kepada Rumah.com.
Melihat indikator ekonomi yang terus membaik, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang positif, tingkat suku bunga acuan yang cenderung turun, bonus demografi, hingga pembangunan infrastruktur yang terus tumbuh, Hendry mengaku optimis, penjualan Harvest City di tahun 2017 ini akan mencapai target.
(Baca ulasan lengkap mengenai Harvest City di sini)
“Sejalan dengan optimisme tersebut, maka pada bulan depan kami berencana akan merilis masterplan terbaru (revisi). Di samping untuk mengakomodasi tren kebutuhan hunian yang terus berubah, juga karena adanya penambahan izin lokasi sekitar 300 hektare, sehingga total pengembangannya menjadi 1.350 hektare dari yang sebelumnya 1.050 hektare,” lanjutnya.
Dalam masterplan revisi itu, ada beberapa berubah signifikan pada area CBD (Central Business District) kawasan Harvest City yang diperbesar, serta mengakomodasi pembangunan tol JORR2 Cimanggis – Cibitung yang akan terhubung ke Harvest City melalui Jalan Arteri.
Selain itu, juga akan ada penambahan fasilitas-fasilitas kota (fasum/fasos dan komersial) untuk menunjang berbagai aktifitas para penghuninya.