Bukan di TPU, di Sini Tempat Masyarakat Rote Menguburkan Keluarga

Selain tempat mengubur yang tidak biasa, acara berkabung juga digelar dalam waktu panjang dan berbiaya besar.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 14 Mar 2016, 08:08 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2016, 08:08 WIB
Masyarakat Rote
Selain tempat mengubur yang tidak biasa, acara berkabung juga digelar dalam waktu panjang dan berbiaya besar.

Liputan6.com, Rote - Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang terletak di ujung selatan Indonesia menyimpan keunikan. Tidak cuma terkenal akan keindahan pantainya, budaya masyarakat setempat juga menarik untuk disimak.

Salah satu keunikan budaya Rote yang hampir tidak ada di kultur Indonesia lain adalah kebiasaan menempatkan kuburan sanak keluarga di rumah. Letaknya beragam, tapi kebanyakan tempat peristirahatan terakhir itu diletakkan di samping rumah.

Menurut seorang warga Rote, Firman, tidak ada alasan pasti mengapa warga pulau itu memakamkan orang terkasihnya di samping rumah. Firman berpendapat hal itu bisa jadi karena tak banyak tempat pemakaman umum (TPU) di Rote.

"Masyarakat sini belum banyak (yang memakamkan keluarganya) di TPU. Masih banyak sekali di rumah," ucap Firman kepada Liputan6.com, Minggu, 13 Maret 2016.


Firman menuturkan tak hanya kuburan yang kerap berada di samping rumah, warga Rote juga punya kebiasaan unik ketika masa perkabungan tiba. Jika ada anggota keluarga yang meninggal, akan ada acara kedukaan yang berlangsung lebih dari sebulan.

"Di sini kalau ada orang meninggal, 40 hari 40 malam (acara kedukaan)," ucap dia.

Dia menjelaskan acara panjang tersebut hampir setiap hari dilakukan sembari menyembelih hewan. Hewan-hewan itu akan diolah menjadi santapan bagi para tamu yang datang untuk menyampaikan ucapan duka citanya.

"Biasanya (selama 40 hari) kita di sini bunuh (sembelih) babi, sapi atau kuda," kata dia.

Karena itu, upacara perkabungan di Pulau Rote memakan biaya besar. Namun, kebiasaan itu tak luntur hanya karena hal tersebut.

Firman mengatakan bila ada kedukaan, seluruh sanak keluarga akan membantu. Bantuan tidak hanya berupa uang, tetapi juga bisa berbentuk daging hewan sembelihan.

"Jadi, kalau ada kedukaan banyak keluarga sumbang. Nanti biasanya yang sumbang akan dicatat. Nanti saat yang menyumbang mengalami perkabungan, kita bisa balas sumbang," ucap Firman.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya