100 Pemilik Warung Makan Banyuwangi Belajar Manjakan Lidah Bule

Pemerintah Banyuwangi terus genjot pariwisata.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Apr 2016, 18:03 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2016, 18:03 WIB
Pemilik Warung di Banyuwangi Belajar Manjakan Lidah Bule
Sebuah warung tenda Shodaqoh ramai dikunjungi pelanggan di kawasan titik nol Km Yogyakarta, Jumat (8/4). Warung yang hanya buka setiap hari Jumat pada pukul 11.00-13.00 WIB ini digratiskan khusus untuk kaum fakir miskin dan dhuafa. (Foto: Boy Harjanto)

Liputan6.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, melatih 100 pemilik warung membuat dan menyajikan sarapan bagi orang asing atau bule untuk mengiringi perkembangan wisata di daerah itu.

Sebanyak 100 pemilik warung di sejumlah lokasi wisata di Banyuwangi itu mengikuti pelatihan cara membuat sandwich dan aneka olahan telur ayam di Aula Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. Mereka dipandu sebelas ahli jasa boga dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat STP Nusa Dua Bali I Ketut Surata mengatakan pariwisata Banyuwangi yang terus berkembang harus sudah mulai berpikir tentang kenyamanan dan kebutuhan para wisatawan, terutama turis asing. Salah satunya adalah menu makanan para wisman tersebut.

"Melalui pelatihan ini kami berharap para pemilik warung makanan bisa menyediakan makanan yang sesuai selera wisatawan, terutama mancanegara. Sandwich dan beragam olahan telur ini kami kenalkan lebih dulu, karena mudah dan bisa diterima lidah wisatawan manapun," ujar Ketut di BAnyuwangi, dikutip dari Antara, mulai Jumat, 22 April 2016.


Para peserta yang sebagian besar kaum wanita ini terlihat menyimak cara mengolah menu sarapan yang benar. Dimulai dari bagaimana memilih bahan yang berkualitas hingga pengolahannya. Mereka juga diberikan edukasi tentang tata cara mengolah makanan secara higienis dan sehat.

"Wisman sangat memperhatikan kebersihan makanan bahkan saat pengolahannya. Contohnya, kalau mengolah makanan, sedang bersin harus ditutup mulut. Jangan merokok saat akan mengolah makanan," ujar I Nyoman Sunada, dosen manajemen tata boga STP Nusa Dua Bali.

Selain teori, para peserta juga diajak praktik langsung membuat sarapan. Bukan hanya sandwich, mereka juga diajarkan cara membuat ragam jenis masakan telur, seperti omelet, telur goreng, telur orak-arik, dan oil egg.

"Telur bisa dimasak macam-macam ternyata. Setelah diajari membuat sandwich dan telur-telur ini, saya akan menambah menu di warung saya. Jadi kalau ada bule mereka tertarik," kata Siami, penjual makanan yang sehari-hari membuka warung di Teluk Biru.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerja sama antara Pemkab Banyuwangi dengan STP Nusa Dua Bali. Menurut Bramuda, pelatihan ini salah satu upaya Pemkab untuk meningkatkan SDM pelaku pariwisata.

"Pesertanya bukan dari pihak hotel dan restoran besar, namun justru para pemilik warung-warung kecil di lokasi wisata. Selain untuk memperkaya sajian menu, juga untuk membuat turis lebih nyaman berlibur di Banyuwangi," kata Nyoman.

Pelatihan itu berlangsung selama dua hari, pada Jumat-Sabtu (22-23 April). Pada hari pertama, mereka dilatih cara mengolah makanan pagi dan tata cara mengolah makanan secara higienis dan sehat. Hari berikutnya, mereka akan dilatih tentang pengemasan produk agar makanan lebih menarik, sehingga sesuai dengan selera wisatawan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya