Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Jepang meningkat signifikan pada 2024. Angkanya bahkan memecahkan rekor sebelumnya. Data dari situs web pemerintah Jepang menunjukkan bahwa hingga 30 November 2024, hampir 33,4 juta wisatawan telah mengunjungi negara ini.
Mengutip NY Post, Rabu (5/3/2025), menurut Hokuto Asano, Sekretaris Pertama di Kedutaan Besar Jepang, jumlah turis asing tahun lalu mencapai 36 juta orang. Itu berarti lebih dari seperempat total populasi Jepang pada 2024. Menurut data sensus terbaru dan proyeksi dari Trading Economics, total populasi di Jepang diperkirakan sebesar 123,6 juta orang pada 2024.
Baca Juga
Yukiyoshi Noguchi, Konselor di kedutaan, menambahkan bahwa 2024 dideklarasikan sebagai Tahun Pariwisata AS-Jepang oleh kedua pemerintah.
Advertisement
"Tahun lalu, pada tahun 2024, kami menerima hampir 3 juta wisatawan Amerika di Jepang, yang merupakan rekor tertinggi," kata Noguchi. Jepang memiliki target untuk hampir menggandakan jumlah pengunjung dalam lima tahun ke depan.
"Pada 2030, kami ingin mencapai target 60 juta orang... Kami akan berupaya untuk meningkatkan [dan] menyambut lebih banyak wisatawan dari negara-negara internasional. Itulah mengapa kami memutuskan untuk berinvestasi di daerah lokal. Selain Kyoto, Tokyo, Hiroshima, Osaka, kami berharap dapat mendorong wisatawan untuk mengunjungi destinasi-destinasi ini," jelas Asano.
Dengan jumlah wisatawan yang meningkat, ekses yang tidak diharapkan pun terjadi. Sebuah laporan dari Japan Tourism Board Foundation dan Development Bank of Japan menemukan bahwa 30 persen wisatawan asing mengalami dampak overtourism di tempat-tempat populer.
Jepang Ungkap Rencana Naikkan Pajak Wisata
Jepang terkenal dengan sumber air panas yang disebut onsen dalam bahasa setempat dan fasilitas pemandiannya yang dikelilingi oleh penginapan, yang menarik wisatawan dari seluruh dunia. Akibat kunjungan turis yang meningkat, banyak kota onsen di Jepang telah memberlakukan pajak pemandian.
"Banyak pemerintah daerah di Jepang [sedang] mempertimbangkan untuk memperkenalkan pajak wisata. Hal ini karena banyak wisatawan yang berkunjung ke sana, tetapi mereka tidak memiliki... toilet umum untuk wisatawan atau beberapa tidak memiliki infrastruktur yang cukup untuk wisatawan," kata Asano.
"Jadi mereka perlu berinvestasi dalam infrastruktur. Itulah mengapa mereka [sedang] mempertimbangkan untuk menaikkan pajak ini, pendapatan pajak tersebut membuat wisatawan lebih nyaman atau praktis. Saya rasa tren ini akan terus berlanjut," tambah Asano.
"Di Jepang, khususnya di Kyoto, ada perdebatan besar tentang overtourism. Jadi, untuk menemukan solusi untuk overtourism, mungkin perpajakan bisa menjadi [solusi] opsional," imbuh Noguchi seraya merekomendasikan musim semi sebagai waktu yang tepat untuk mengunjungi Jepang.
Advertisement
Survei Terkait Overtourism di Jepang
Menurut survei yang dilakukan bersama antara Bank Pembangunan Jepang dan Yayasan Biro Perjalanan Jepang, lebih dari 30 persen turis asing di Jepang mengalami masalah terkait overtourism selama perjalanan mereka pada 2024. Hasil survei juga menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen responden bersedia dipatok tarif lebih tinggi untuk mengurangi kepadatan dan melindungi sumber daya alam dan budaya.
Survei itu menggunakan 7.796 turis asing sebagai responden. Survei terkait rencana dan pengalaman perjalanan mereka itu dirilis pada Oktober 2024. Hasilnya menemukan bahwa kepadatan di destinasi wisata sebagai masalah overtourism di Jepang yang paling sering dialami dengan 32 persen mengaku mengalaminya selama masa tinggal mereka.
Persentasenya naik dibandingkan survei serupa yang dilakukan sebelum pandemi COVID-19 pada 2019 dengan 30 persen. Tanggapan terpopuler kedua dalam pertanyaan multi-jawaban adalah perilaku buruk seperti membuang sampah sembarangan dan memasuki area terlarang.
Dalam survei yang dilakukan secara online dari 8--18 Juli 2024 pada individu berusia 20 hingga 79 tahun di seluruh Asia, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Australia, 63 persen mengatakan mereka bersedia dipatok tarif lebih tinggi di destinasi wisata dan fasilitas lainnya di Jepang jika hal itu membantu mengurangi kepadatan dan melindungi tempat-tempat tersebut, naik dari 43 persen dari survei pada 2019.
Dampak Overtourism pada Objek Wisata di Jepang
Masalah overtourism di Jepang berdampak pada berbagai destinasi, salah satunya Gunung Fuji. Pemerintah setempat mengambil sejumlah langkah untuk mengendalikan tingkat kunjungan ke situs Warisan Dunia UNESCO tersebut salah satunya dengan penerapan penerapan biaya masuk sebesar 2.000 yen (Rp218.490,06) dan sumbangan sukarela pada Jalur Yoshida.
Pemerintah juga menerapkan kuota dengan maksimal 4.000 pendaki per hari. Penerapan sistem reservasi daring juga dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dan mengurangi dampak lingkungan.
Mengutip AFP, Jumat, 13 September 2024, jumlah pendaki Gunung Fuji Jepang merosot cukup signifikan, sampai 14 persen, pada musim pendakian tahun ini, meski jumlah kunjungan wisatawan asing yang datang ke Jepang mencapai hampir 18 juta pada paruh pertama 2024. Tren penurunan itu terlihat sejak awal Juli hingga awal September.
Kebijakan baru ini juga berdampak positif terhadap pemeliharaan dan pengelolaan jalur pendakian. Dengan jumlah pendaki yang terbatas, pihak berwenang bisa lebih efektif dalam mengawasi dan mengatur penggunaan fasilitas serta menjaga kondisi jalur tetap optimal. Selain itu, pengurangan jumlah pendaki membantu meminimalkan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kerumunan yang besar, misalnya kerusakan vegetasi dan pencemaran.
Advertisement
