Liputan6.com, Jayapura - Pemerintah Kabupaten Tolikara membantah situasi di dua distrik, Distrik Gika dan Panaga, mencekam pasca-kejadian perang suku yang terjadi dua minggu lalu. Kedua distrik itu memang bersebelahan dan hanya dibatasi sebuah gunung.
Kepala Humas Pemkab Tolikara, Derwes Yikwa, menuturkan situasi di dua distrik sudah kondusif. Aparat keamanan yang digeser ke lokasi kejadian perang suku juga telah kembali ke Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara.
Menurut Derwes, perang suku terjadi di saat pembagian dana program strategi pembangunan kampung (Prospek). Ada oknum pejabat kampung yang memiliki dendam lama kepada warga di Distrik Gika, sehingga melancarkan aksi balas dendam.
"Sebelumnya kedua distrik itu pernah berperang karena masalah perzinahan. Karena dendam lama itu, maka ada aksi balas dendam. Oknum ini memanfaatkan situasi. Sedangkan untuk pembagian dana Prospek berjalan dengan baik. Jadi, masalahnya bukan pembagian Dana Prospek ya," kata Derwes yang dihubungi Minggu, 24 April 2016.
Derwes menyebutkan penyerahan dana Prospek untuk 12 distrik, termasuk Distrik Gika dan Panaga, dipusatkan di Mamit, Distrik Kembu, pada 7 April lalu. Setelah itu, masing-masing pihak pulang ke masing-masing distrik dan pembagian kepada warga dilakukan di distrik masing-masing.
Baca Juga
"Pembagian Dana Prospek bervariasi. Ada yang satu distrik mendapatkan Rp 100 juta hingga Rp 300 juta, tergantung dengan jumlah warganya dan kampung di distrik itu," ujar Derwes.
Untuk menuju ke Disrik Gika dan Panaga dapat dilalui dalam dua jam perjalanan darat dengan berjalan kaki atau menumpang motor. Di tengah-tengah jalan, kadang motor harus diangkut tiga-empat orang akibat banyak jembatan yang putus.
"Akses ke dua distrik ini sulit. Selain dengan motor, dapat juga dilalui dengan helikopter," kata Derwes.
Derwes juga mengatakan tidak benar jika banyak warga di dua distrik itu mengungsi ke Distrik Laib. Ia menegaskan situasi telah aman dan masyarakat telah beraktivitas seperti biasa.
"Informasi ada yang tewas akibat perang suku itu benar, tetapi tak ada masyarakat yang sampai mengungsi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolikara dapat data dari mana? Mereka tak pernah ada di Tolikara atau lokasi kejadian lainnya. Mengapa ada data keluar seperti ini? ucap Derwes.
Kepala Dinas Kesehatan Yusak Totok menyampaikan hal senada. Ia menegaskan sampai saat ini situasi di kedua distrik kondusif. Pihaknya mengatakan selalu siap jika sewaktu-waktu petugas medis dibutuhkan ke lokasi kejadian perang suku.
"Selama delapan hari berturut-turut saya bersama Bupati, Kapolres dan Danramil, tidak ada informasi apa-apa. Hanya ada satu pasien rawat jalan pada 13 April lalu dan kondisinya membaik," kata Totok.
Sebelumnya, BPBD Tolikara melaporkan kesulitan dalam mendistribusikan bantuan bagi warga di Distrik Gika dan Panaga akibat perang suku dua distrik itu yang terjadi pada 9 April hingga kemarin. Seorang tewas akibat perang suku, atas nama David Manipo, 24 tahun. Sebanyak 17 orang mengalami luka berat dan 15 orang lainnya luka ringan.
Kerugian materi akibat konflik sosial itu adalah rusaknya 95 rumah karena dibakar warga, penjarahan ternak dan perusakan fasilitas. BPBD Tolikara kesulitan mendistribusikan bantuan untuk warga setempat karena kondisi geografis di lokasi kejadian.