Kisah Dramatis Sinden Terkasih Raja Jawa

Sinden bernama Ratu Mas Malang itu merupakan kekasih tercinta Raja Mataram.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Agu 2016, 19:33 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2016, 19:33 WIB
[FOTO] Wayang Kulit Tradisi yang Nyaris Dilupakan
Ilustrasi sinden.

Liputan6.com, Yogyakarta - Cerita tentang selir Raja Jawa masih berlanjut dari Amangkurat I, Raja Mataram yang memerintah Keraton Plered pada 1646-1677. Sepeninggal Roro Oyi, dia kembali jatuh hati pada seorang perempuan bernama Ratu Mas Malang.

"Amangkurat I ini memang tidak dimungkiri termasuk raja yang memiliki cerita tidak biasa dengan selir-selirnya," ujar Sri Margana, sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), beberapa waktu lalu.

Niat menjadikan Mas Malang sebagai selir dihambat kenyataan. Pesinden itu sudah bersuami.  Suaminya seorang dalang bernama Ki Panjang Mas. Menurut Margana, Amangkurat tidak kehabisan akal, dia memiliki cara untuk memisahkan sinden dan dalang yang selalu berdua itu.

Amangkurat I mengundang Ratu Mas Malang dan Ki Panjang Mas bersama dengan rombongan untuk mengadakan pementasan wayang di Keraton. Di tengah acara, seluruh pengisi acara, termasuk Ki Panjang Mas dibunuh. Hanya Mas Malang yang hidup dan akhirnya menjadi selir raja.

"Posisinya saat itu, Mas Malang terpaksa dinikahi, dia tidak bisa menolak apalagi mempunyai pilihan lain," tutur Margana.

Ia mengungkapkan, Mas Malang menjadi selir yang paling dicintai oleh Amangkurat I. Hal itu membuat selir lainnya iri karena tidak pernah disentuh dan diperhatikan raja.

Para selir yang jumlahnya tidak dihitung itu, kata dia, bersekongkol untuk membunuh Mas Malang dengan cara meracuninya. Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan Mas Malang muntah-muntah dan berak sebelum mati. Raja yang mengetahui hal itu akhirnya murka.

Dia membalas perbuatan para selir dengan membunuh mereka secara perlahan. Caranya, para selir diikat dan dikurung dalam satu rumah. Mereka tidak diberi makan dan minum selama berhari-hari sehingga mati karena lemas.

Margana mengatakan, berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di wilayah itu, Amangkurat belum menerima kematian Mas Malang. Ia tidak menguburkan Mas Malang melainkan membaringkannya dan dirawat. Bahkan, sesekali masih bersetubuh dengan jasad Mas Malang.

"Lalu, pada suatu ketika Amangkurat I bermimpi Mas Malang sudah bersatu dengan suaminya, barulah ia percaya dan menguburkan jasad selirnya itu," ucap Margana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya