Ngeri, Harga Cabai Setara Daging Sapi

Harga cabai melesat hingga Rp 120 ribu per kilogram.

oleh Bangun Santoso diperbarui 15 Nov 2016, 12:01 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2016, 12:01 WIB

Liputan6.com, Jambi - Harga cabai di sejumlah pasar di Provinsi Jambi selama dua bulan terakhir terus meroket. Terkini, harga cabai di daerah ini sudah setara harga daging sapi, yakni Rp 120 ribu per kilogram.

"Saya beli satu ons saja Rp 12 ribu," ujar Ana, salah seorang ibu rumah tangga di Kota Bangko, ibu kota Kabupaten Merangin, Selasa (15/11/2016).

Menurut Ana, harga cabai di pasar Kota Bangko sudah mencapai Rp 120 ribu per kilogram. Semakin siang harganya semakin mahal.

Jul (40), salah satu pedagang sayur di Pasar Kota Bangko, mengatakan selama dua bulan terakhir pasokan cabai berkurang. Cabai di Kota Bangko biasanya dipasok dari daerah tetangga, yakni Kabupaten Kerinci maupun dari luar provinsi seperti Lampung.

"Oktober kemarin, rata-rata harga cabai Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per kilo. Kini makin langka, dalam hitungan jam saja bisa berubah," tutur Jul.

Sementara itu, Kepala Seksi Bina Usaha dan Distribusi dan Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi, M Zaini mengakui harga cabai di sebagian besar wilayah Jambi tengah mengalami kenaikan signifikan.

"Bahkan, di Kabupaten Kerinci yang notabene penghasil sayuran harga cabai di sana juga naik," kata Zaini.

Menurut Zaini, naiknya harga cabai di Jambi dipicu langkanya pasokan dari daerah Jawa. "Pasokan macet karena hujan," ucap dia.

Selain cabai merah, komoditi bahan pokok yang mengalami kenaikan di Jambi adalah daging ayam potong. Harga jual ayam potong di sejumlah pasar di Provinsi Jambi kini berkisar antara Rp 30-32 ribu per kilogram. Harga itu lebih mahal dari harga sebelumnya, yakni Rp 26 ribu per kilogram.

Solusi Cabai ala ITB

Ekonom dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Anggoro Budi Nugroho menjelaskan tingginya harga cabai terkait mekanisme penawaran dan permintaan. "Bisa kelangkaan suplai, bisa meningkatnya permintaan," jelasnya, Selasa (15/11/2016).

Dia mencatat, kenaikan harga cabai biasanya seiring daur laju inflasi periodik, bisa di hari raya maupun November-Desember. "Sebab cabai masih menyumbang Indeks Harga Perdagangan Besar (IPHB)," jelas pengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB itu.

Ada beberapa penyebab kelangkaan pasokan, kelas Anggoro, adalah hama, gagal panen misal karena El Nino/La Nina, mundurnya daur panen, dan ketidaklancaran distribusi, bisa di tingkat petani, pengecer atau pedagang pengumpul besar.

Sedikitnya sembilan fungsi kelembagaan perdagangan cabai merah di Indonesia. Yang terpanjang di Jawa Tengah, yang terpendek di Sulawesi Utara. "Tidak heran kelangkaan pasokan akan paling sensitif terhadap harga di Pulau Jawa," ujarnya.

Dia menambahkan marjin industri cabai masih tergolong besar, di atas 25 persen. Ini lebih tinggi dari beras walau masih di bawah jagung pipilan.

Jika marjin industri (MPP) cabai masih besar, tetapi harganya melambung naik, maka patut diduga penyebabnya meningkatnya permintaan sebagaimana siklus akhir tahun.

Bagaimana solusinya? Menurut Anggoro, cara terbaik adalah solusi temporer. Tidak perlu struktural seperti perombakan tata niaga. "Pemerintah bisa melakukan intervensi pasokan cabai untuk melindungi masyarakat konsumen dari kenaikan harga," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya