Liputan6.com, Purwakarta - Banjir sudah bukan lagi peristiwa luar biasa bagi warga di Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Air luapan dari Sungai Citarum setiap tahun menggenangi rumah mereka di desa yang terletak di sekitar Bendung Juanda Jatiluhur itu.
Warga Cikao Bandung mengatakan, ketinggian air di wilayah itu tidak pernah kurang dari 100 sentimeter, bahkan di sejumlah titik ketinggian air bisa mencapai 2 meter.
"Dengan banjir yang selalu datang tiap tahun otomatis mengganggu kami, apalagi setelah sawah dan ternak kami juga ikut hanyut terbawa banjir. Jelas kami mengalami kerugian besar," kata Endang (69), salah seorang warga, Selasa (6/12/2016).
Advertisement
Musibah banjir ini menjadi langganan warga Cikao Bandung bermula dari pembangunan Bendungan Jatiluhur sekitar 1965. Sejak itu, hampir setiap tahun mereka merasakan amarah tiga aliran sungai sekaligus, yaitu Citarum, Cinangka, dan Cikao.
"Awal mula banjir di Cikao Bandung juga terjadi setelah dibangunnya Bendung Jatiluhur pada tahun 1965. Sampai tahun 2013, banjir selalu menjadi teman setia dan menyapa kami setiap musim hujan tiba," ujar Endang.
Baca Juga
Namun, itu cerita lalu yang tinggal menjadi kenangan bagi warga Cikao Bandung. Endang dan warga lain di Desa Babakan Cikao tidak pernah menyangka jika banjir bisa berakhir.
Kampung mereka kini yang berada di ujung barat Purwakarta itu tumbuh dan menjelma menjadi daerah wisata. Jalan mulus membentang ke setiap gang serta akses menuju pusat kota.
Menurut warga, hal itu tidak terlepas dari upaya yang dilakukan pemda setempat yang melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan banjir.
Di antaranya, membangun tanggul penahan banjir melalui dana APBN mulai 2011 sampai 2013 dengan menghabiskan anggaran hingga Rp 150 miliar, termasuk menormalkan ketiga sungai.
"Dulu kami bersama Kang Dedi Mulyadi saat masih menjadi anggota DPRD bolak balik Jakarta ke DPR RI, ke Kementerian Pekerjaan Umum. Lalu sempat juga bolak balik ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Hingga akhirnya cita-cita kami terlaksana dan pada tahun 2011 tanggul mulai dibangun," kata Kepala Desa Cikao Bandung Saeful Rahmat.
Selesainya pembangunan tanggul, warga daerah khas kampung pembuat perahu kini bisa hidup dengan tenang dan menjalani aktivitas keseharian mereka tanpa terganggu banjir. Bahkan, mereka kini bisa membuka aneka ragam usaha.