Waspada, Peredaran Uang Palsu di Sulut Meningkat Jelang Pilkada

Temuan uang palsu di Sulut pada 2016 trennya mengalami peningkatan jumlah dibanding 2015.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 13 Jan 2017, 22:19 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2017, 22:19 WIB
20161010-Rilis-Upal-Bareskrim-Mabes-Polri-HEL
Petugas memperlihatkan barang bukti uang palsu pecahan Rp 100.000,- saat rilis di Bareskrim Mabes Polri, Gedung KKP, Jakarta, Senin (10/10). Peredaran dikendalikan dari rutan, empat tersangka diamankan dalam kasus ini. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Manado - Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran uang palsu atau upal. Fenomena uang palsu akan semakin meningkat pada saat momentum tertentu, seperti hari raya hingga ajang politik semisal pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Biasanya peredaran uang palsu bisa semakin marak saat perayaan hari raya seperti Natal, tahun baru dan Lebaran, juga pada saat ada agenda Pilkada. Trendnya memang naik saat kebutuhan dan beli tinggi di momen-momen tadi," ungkap Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulut A Yusnang di Manado, Sulut, Kamis, 12 Januari 2017.

Yusnang mengatakan, temuan uang palsu di Sulut pada 2016 trennya meningkat dibanding 2015. Pada 2016, perbankan di Manado dan sekitarnya menarik 364 lembar uang palsu yang diterima dari masyarakat. Sementara tahun sebelumnya, sebanyak 288 lembar.

"Temuan itu juga hasil koordinasi dengan aparat kepolisian,” ujar Yusnang.

Uang palsu yang ditemukan itu terdiri dari pecahan Rp 100.000 sebanyak 120 bilyet, Rp 50.000 sejumlah delapan bilyet, serta Rp 20.000 dan Rp 10.000 masing-masing satu bilyet.

Salah satu temuan uang palsu di lapangan yang bisa langsung teridentifikasi terjadi di Kota Bitung. Yusnang mengatakan, ada pembayaran pada salah satu kasir tempat karaoke di daerah itu senilai Rp 2 juta. Setelah diverifikasi si kasir, ternyata semuanya palsu.

"Ternyata kasir bisa langsung antisipasi karena pernah ikut sosialisasi tentang uang palsu dari pihak BI," ujar Yusnang didampingi Manajer Pengelolaan Uang Rupiah BI Sulut, Ayub Litahati.

Karena itu, dia menilai, upaya edukasi mengenai peredaran uang palsu sangat penting untuk terus disuarakan ke masyarakat. BI Sulut sering memfokuskan kegiatan itu pada masyarakat, terutama menjelang pilkada serentak 2017.

"Sehingga sejak awal masyarakat bisa mendeteksi adanya peredaran uang palsu," kata dia.

Ada beberapa cara mendeteksi uang palsu. Paling umum itu melalui metode 3D alias dilihat, diraba, diterawang. Selain itu, dengan ultraviolet, uji laboratorium, dan mesin sortasi.

"Jadi, peran masyarakat juga sangat penting dalam memberantas peredaran uang palsu," ujar Yusnang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya