Inovasi UM Surabaya Bisa Kenali Golongan Darah dalam 15 Detik

Alat inovasi mahasiswa UM Surabaya itu juga bisa mengenali rhesus darah secara akurat dalam waktu singkat.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 08 Mei 2017, 16:04 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2017, 16:04 WIB
Inovasi UM Surabaya Bisa Kenali Golongan Darah dalam 15 Detik
Alat inovasi mahasiswa UM Surabaya itu juga bisa mengenali rhesus darah secara akurat dalam waktu singkat. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Surabaya - Lima mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menciptakan alat inovasi "Goldarhes" sebagai sarana pengecek golongan dan rhesus darah secara cepat. Alat itu diklaim berguna untuk meminimalkan kegagalan transfusi darah ketika seseorang mengalami kecelakaan.

Kelima mahasiswa itu adalah Satria Manggala Liastra (18), Aisyah Fadhilah (20), Lina Nur Hidayaturrohmah (20), M Thoriq Satria Dinata (18) dan Angga Dimas (18).

Ketua tim Goldarhes, Satria Manggala mengungkapkan berdasarkan data survei 2016, ada sekitar 1,4 juta orang meninggal karena kelalaian dalam transfusi. Alasan itu yang mendorong kelompoknya untuk menciptakan alat pengecekan darah yang akurat.

"Alat ini kami namakan Goldarhes. Dengan alat ini, pengecekan darah akan lebih akurat secara cepat yakni hanya dengan waktu 10-15 detik. Jadi, juga bertujuan membantu PMI meminimalkan kematian yang disebabkan oleh penentuan golongan darah yang akan digunakan untuk transfusi," kata Satria Manggala, saat ditemui di kampus setempat, Jumat, 27 April 2017.

Satria menerangkan sistem kerja Goldarhes hanya dengan meletakkan sampel darah pada empat wadah berukuran sekitar 30 x 10 sentimeter dan menyediakan empat reagen atau cairan pengujinya yakni anti A, anti B, anti AB dan Anti D.

"Untuk anti A, B dan AB ini untuk menentukan golongan darah dilihat dari penggumpalannya. Kemudian untuk reagen D, untuk penguji jenis rhesus darah. Alat ini terdiri dari tiga ruang, bekerja secara otomatis," ujarnya.

Setelah proses tersebut, sampel darah akan bergeser ke tahap proses yang berada di ruang kedua. Mekanismenya adalah pengadukan dan pembacaan intensitas cahaya yang dihasilkan dari penggumpalan darah dengan menggunakan sensor.

"Untuk rhesus, pembacaan dilakukan dengan intensitas cahaya gumpalan. jika gumpalan semakin banyak maka intensitas cahaya semakin tinggi dan berarti golongan darah tersebut memiliki rhesus negatif," tutur Satria.

"Saat ini, kami masih menggunakan pengadukan manual. Nanti akan kami modifikasi lagi agar bisa secara otomatis mengaduk," kata Aisyah, anggota kelompok Goldarhes menambahkan.

Ia menerangkan, pembacaan data pada alat ini dapat terlihat pada LCD yang diletakkan pada ruang ketiga. "LCD disinkronkan dengan aplikasi android sehingga bisa tersimpan sebagai riwayat pengecekan darah," ujarnya.

Aisyah menjelaskan, alat inovasi yang dirancang dengan biaya Rp 4 juta itu berkesempatan untuk mengurus hak paten. Pasalnya, karya yang didanai UM Surabaya itu berhasil menjuarai Produk Inovasi Mahasiswa tingkat Universitas.

"Dengan pengurusan hak paten, di kemudian hari dapat diproduksi massal. Alat ini dibuat dengan bentuk yang kecil memang agar praktis dibawa saat keadaan darurat klinis atau disimpan di rumah," ujar Aisyah.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya