Jumlah Pengungsi Gunung Agung Tembus 96 Ribu Jiwa

Seiring dengan meningkatnya kegempaan Gunung Agung, jumlah pengungsi terus bertambah.

oleh Anri SyaifulDewi Divianta diperbarui 27 Sep 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2017, 20:00 WIB
Berstatus Awas, Sebagian Warga di Lereng Timur Gunung Agung Masih Bertahan
Suasana Gunung Agung Karangasem, Bali, Rabu (27/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan gunung tertinggi di Bali itu dalam masa kritis dan dapat meletus sewaktu-waktu karena aktivitasnya masih tinggi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Karangasem - Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali, masih tetap tinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, Rabu ini hingga sore tadi sekitar pukul 18.00 Wita, terpantau 329 kali gempa vulkanik dangkal, 444 kali gempa vulkanik dalam, dan 56 kali gempa tektonik lokal terjadi.

Secara visual asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncak. "Jumlah gempa ini lebih banyak daripada Selasa kemarin. Bahkan gempa dirasakan juga meningkat," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Rabu (27/9/2017).

Sutopo menjelaskan, pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung. Peluang terjadinya letusan cukup besar, tapi tidak dapat dipastikan kapan Gunung Agung akan meletus secara pasti.

Seiring dengan meningkatnya kegempaan Gunung Agung, jumlah pengungsi terus bertambah. Merujuk data BNPB, hingga Rabu sore tadi, pengungsi mencapai 96.086 jiwa di 430 titik pengungsian di sembilan kabupaten/kota.

Penyebaran pengungsi tersebut adalah di Kabupaten Badung, 15 titik (5.879 jiwa); Kabupaten Bangli, 30 titik (5.076 jiwa); Kabupaten Buleleng, 26 titik (16.901 jiwa); Kota Denpasar, 27 titik (2.539 jiwa); Kabupaten Gianyar, 13 titik (1.011 jiwa); dan Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa).

Sementara penyebaran pengungsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, ada di 100 titik (39.859 jiwa); Kabupaten Klungkung, 162 titik (19.456 jiwa); dan Kabupaten Tabanan, 27 titik (4.851 jiwa).

"Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan," Sutopo menambahkan.

Saksikan video pilihan berikut:

 

 

Warga Luar Zona Merah Turut Mengungsi

Berstatus Awas, Sebagian Warga di Lereng Timur Gunung Agung Masih Bertahan
Suasana Jalur lahar dingin Desa Datah yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Gunung Agung yang berstatus awas di Karangasem, Bali, Rabu (27/9). Sebelumnya mereka telah dihimbau untuk meninggalkan kampungnya. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sutopo mengungkapkan pula, meningkatnya jumlah pengungsi ini karena warga yang berada di luar zona merah atau berbahaya ikut mengungsi. Sebab, imbuh dia, warga tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang. Selain itu, faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung turut menentukan.

Sutopo memaparkan, secara umum kebutuhan dasar pengungsi mencukupi. Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi. Gotong royong, solidaritas, dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana dengan baik.

Sampai kapan masyarakat mengungsi tidak dapat diperkirakan, tergantung dari Gunung Agung. Selama status Awas, maka masyarakat tidak diizinkan beraktivitas di radius berbahaya.

Untuk memberikan peringatan dini, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung, yaitu di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang.

Ia menambahkan, sirene tersebut dipasang sebagai sarana peringatan kepada warga agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung. Sirene ini mampu melayani masyarakat dengan kekuatan bunyi bisa mencapai dua kilometer.

"Sirene dibunyikan secara manual oleh petugas jaga yang terhubung Pos Komando Utama di Karangasem," tutur Sutopo.

Selain itu, petugas juga memasang rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya. Peta radius berbahaya letusan Gunung Agung ditetapkan di peta. Di lapangan tidak ada tandanya, sehingga masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari radius berbahaya.

"Rambu tertulis, 'Anda saat ini berada di radius 9 km dari puncak kawah Gunung Agung', dan lainnya," Sutopo Purwo Nugroho memungkasi.

Magma Terus Bergerak Naik

Berstatus Awas, Sebagian Warga di Lereng Timur Gunung Agung Masih Bertahan
Pemandangan Gunung Agung Karangasem, Bali, Rabu (27/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan gunung tertinggi di Bali itu dalam masa kritis dan dapat meletus sewaktu-waktu karena aktivitasnya masih tinggi.(Liputan6.com/Gempur M Surya)

Hingga kini, Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas yang terus meningkat. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menyebutkan, aktivitas kegempaan di gunung dengan ketinggian 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih terus terjadi.

"Hingga pukul 12.00 Wita ada 285 gempa vulkanik dalam dan 41 gempa vulkanik dangkal," ucap Kasbani, saat ditemui Liputan6.com di Pos Pemantauan Gunung Agung, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (27/9/2017).

Bahkan, menurut Kepala PVMBG, beberapa dari gempa yang bersumber dari Gunung Agung juga terasa cukup kencang.

"Di pos sini tadi kita rasakan cukup keras. Setidaknya ada enam gempa yang cukup keras dengan besaran kira-kira III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity) skala guncangannya. Yang terasa itu gempa vulkanik dangkal," ujar dia.

Kasbani memaparkan, kegempaan Gunung Agung mengindikasikan bahwa fluida magma terus bergerak naik ke permukaan atau kawah puncak Gunung Agung.

"Nah, sementara itu belum ada alat ukur berapa kecepatan kenaikan fluida magma ke permukaan. Kita hanya indikasi-indikasi saja," katanya.

Selain itu, Kasbani mengungkapkan, Gunung Agung sekarang tertutup kabut dan awan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya