Bank Sampah Pertamina Tingkatkan Kesejahteraan Warga Palembang

Program Patratura yang dicanangkan Pertamina RU III Sumbagsel menggerakkan masyarakat Palembang untuk peduli terhadap limbah sampah.

oleh Nefri Inge diperbarui 03 Okt 2017, 23:02 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2017, 23:02 WIB
General Manager RU III PT Pertamina Sumbagsel Djoko Priyono menyerahkan buku tabungan nasabah Bank Sampah Patratura ke salah satu warga Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)
General Manager RU III PT Pertamina Sumbagsel Djoko Priyono menyerahkan buku tabungan nasabah Bank Sampah Patratura ke salah satu warga Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Tingginya volume sampah rumah tangga di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) memberikan dampak buruk bagi masyarakat sekitar.  PT Pertamina Persero Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) pun menciptakan inovasi positif yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar, yaitu Bank Sampah.

Kegiatan yang diusung oleh Tim Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Refinery Unit (RU) III Sumbagsel ini merupakan program peningkatan Kesejahteraan untuk Masyarakat (Patratura). Program berbasis jaminan sosial ini dimulai sejak tahun 2017 melalui managemen pengolahan sampah.

Bank Sampah sendiri mampu mengolah sampah organik maupun anorganik di beberapa kelurahan di Ring I Pertamina RU III Sumbagsel, yaitu di kawasan Seberang Ulu II Palembang.

General Manager RU III PT Pertamina Sumbagsel Djoko Priyono mengatakan, program yang terintegrasi dengan kegiatan CSR Pertamina RU III ini menjadi solusi bagi masyarakat untuk mengolah sampah menjadi lebih bernilai serta mendukung program pemerintah Bebas Sampah 2020.

“Program ini juga bertujuan untuk mengurangi volume sampah di masyarakat, serta mengubah perilaku masyarakat. Dari hanya membuang sampah, sekarang bisa menjadi nasabah dan aktif mengelola sampah disekitar lingkungan kita,," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (3/10/2017).

Salah satu inovasi dari program Patratura adalah Patrakomposter, yang dapat mengolah sampah organik skala rumah tangga menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Patrakomposter sendiri dinilai lebih ekonomis dari segi biaya, efisiensi, serta jumlah yang dihasilkan dari Keranjang Takakura lebih banyak.

Masyarakat yang menjadi nasabah Bank Sampah juga akan mendapatkan buku tabungan. Pembagian buku tabungan ini akan dilakukan secara bertahap. Saat ini sudah 2.099 rumah tangga yang sudah mendaftar sebagai nasabah.

Seperti di Kelurahan Mariana, Desa Sungai Gerong, Desa Sungai Rebo, Kelurahan Talang Putri, dan Kelurahan Plaju Darat, sudah ada 50 orang warga yang sudah menjadi nasabah Bank Sampah Angrah.

"Sampah anorganik diolah menjadi kerajinan sampah plastik oleh kelompok masyarakat Sinar Fajar. Antusiasme masyarakat terhadap Patratura sangat tinggi. Bank Sampah Angrah berbasis jaminan sosial bisa menawarkan sistem yang adil, sesuai dengan kontribusi yang mereka lakukan, karena semua tercatat dalam buku tabungan," ujarnya.

Bukti tabungan di Bank Sampah bisa ditukarkan dengan jaminan sosial, seperti biaya berobat, pendidikan dan nota tagihan listrik dengan catatan jumlahnya sesuai dengan saldo. Program ini sudah diluncurkan sejak 19 Mei 2017 lalu.

Area Manager CSR & SMEPP Sumbagsel, Susarwanto selaku ketua tim mengungkapkan, Patratura memperlihatkan dukungan aktif Pertamina terhadap isu lingkungan.

"Patratura terfokus pada isu lingkungan, namun inti CSR adalah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Program berkesinambungan ini kedepannya bisa membawa manfaat bagi lingkungan yang lebih luas," ujarnya.

 

Program Patratura merupakan salah satu kegiatan CSR Pertamina RU III Sumbagsel untuk meningkatkan kesejahteraan warga Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)
Program Patratura merupakan salah satu kegiatan CSR Pertamina RU III Sumbagsel untuk meningkatkan kesejahteraan warga Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Bank Sampah Sosial

Camat Banyuasin I, Noffa Redy mengatakan antusias nasabah dalam mengikuti proses Patratura sangat tinggi. Mereka juga mengapresiasi program ini, karena meningkatkan produktifitas masyarakatnya.

“Masyarakat dapat belajar untuk memanfaatkan sampah yang mungkin sehari-hari hanya dibuang begitu saja,” jelasnya.

Walikota Palembang Harnojoyo mengatakan sampah merupakan tanggung jawab setiap masyarakat Kota Palembang. Pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan Patratura Pertamina RU III.

"Patratura bahkan mampu mengubah sampah dari tidak bernilai menjadi memiliki nilai manfaat kesejahteraan bagi masyarakat,"ujarnya.

Saat ini sudah ada 5.000 orang terlibat dalam pembuatan kompos dari sampah rumah tangga. Sebanyak 1.000 nasabah bank mabdiri dan 1 ton sampah anorganik sudah disetor ke Bank Sampah pada periode bulan Agustus hingga September 2017.

Setiap hari, satu orang nasabah bisa menyetor sebanyak 0,35 Kilogram sampah. Dimana, dalam satu tahun, pengolahan sampah bisa mencapai 713.898 ton dari Patratura. Program ini juga mencakup pengolahan eceng gondok.

Bank Sampah tersebar di 4 kelurahan/desa di Palembang yaitu di Bank Sampah Angrah, Bank Sampah Mekar Jaya, Bank Sampah Seroja dan Bank Sampah Melati.

Ada juga tim kelompok masyarkat pengelola sampah, yaitu Kelompok Sinar Fajar untuk mengelola kompos dari enceng gondok, Kelompok Melati mengolah kerajinan dari enceng gondok dan Kelompok Bintang sebagai pengelola Program Budidaya Ikan Tawar.

General Manager RU III PT Pertamina Sumbagsel Djoko Priyono mengungkapkan harga sampah yang dikumpulkan nasabah akan ditentukan oleh total berat sampah dalam kilogram dan jenis sampah tersebut.

"Harga yang dipatok mulai dari Rp 100 - Rp 40.000 per Kg. Sudah ada sekitar 1.000 Patrakomposter yang didistribusikan ke nasabah Patratura. Pupuk organik hasil olahan Patrakomposter juga akan dihargai sesuai jenisnya, apakah pupuk kompos atau cair," jelas Djoko.

Bersama kelompok Bank Sampah Seroja, pihaknya juga mendampingi sosialisasi produksi Bank Sampah yang dilakukan kelompok anggota PKK Sungai Gerong Palembang.

Untuk program budidaya ikan tawar sendiri, pihaknya mengadakan pelatihan ke Kelompok Bintang, yaitu tentang penetral pH air, filter air berbahan organik dan cara produksi bibit ikan berkualitas, seperti ikan lele, gurame dan patin.

Kelompok Bintang menggunakan kapur untuk penetral pH air, yaitu dari pH 5,5 yang bersifat asam menjadi pH normal 7. Lalu filter air organik berbahan batang pohon pisang digunakan juga untuk penyaring dan penetral pH.

"Jika pH normal, resiko kematian bibit dapat ditekan menjadi 1:10. Kita bisa menekan kerugian sebesar Rp 27 Juta akibat pH air asam yang menyebabkan ikan mati," katanya.

Penggunaan filter ini juga menghemat biaya Rp 1,2 Juta. Residu filter penetral air juga akan diolah kembali menjadi kompos dengan patrakomposter dan dijual ke Bank Sampah.

 

General Manager RU III PT Pertamina Sumbagsel Djoko Priyono  bersama Wakil Bupati OKU Selatan Sholeihin Abuasir meresmikan Desa Mandiri Energi Pertamina di Desa Merbau (Liputan6.com / Nefri Inge)
General Manager RU III PT Pertamina Sumbagsel Djoko Priyono bersama Wakil Bupati OKU Selatan Sholeihin Abuasir meresmikan Desa Mandiri Energi Pertamina di Desa Merbau (Liputan6.com / Nefri Inge)

Listrik Gratis Masuk Desa

Pertamina RU III juga membentuk program CSR Desa Mandiri Energi Pertamina, Terangi Dusun Saruan Merbau, Kabupaten OKU Selatan.

Program yang sudah diluncurkan pada bulan Agustus 2017 lalu menggunakan Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk mengaliri listrik ke rumah warga. PLTHM dibangun Pertamina dibantu oleh masyarakat sekitar dan Universitas Muhammadiyah Palembang.

Djoko Priyono menjelaskan bahwa pada tahun 2015 rasio elektrifikasi di Indonesia masih berada di angka 84.35% dan di Sumatera Selatan berada di 76.38%.

"Hal ini memperlihatkan masih adanya ketimpangan elektrifikasi di Sumatera Selatan yang cukup signifikan. Pertamina berperan aktif dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sumber pembangkit listrik dalam bauran energi nasional yang dicanangkan Presiden Jokowi," ujarnya.

Pemanfaatan EBT lebih cocok untuk pembangkit listrik. Di tahun 2025 mendatang, kontribusi EBT pada bauran energi nasional ditargetkan lebih dari 23%, dan mencapai lebih dari 31% pada 2050.

Peran aktif Pertamina dalam pengembangan EBT ditunjukkan antara lain melalui pemanfaatan energi panas bumi. Proyek panas bumi Pertamina kini telah memiliki kapasitas terpasang sebesar 492 Megawatt (MW) dan mampu menerangi 984.000 keluarga.

Targetnya sendiri pada tahun 2025, energi panas bumi dapat menghasilkan daya hingga 2.3 Gigawatt (GW). Pertamina juga terus mengembangkan EBT lain seperti energi matahari, angin, dan air sebagai alternatif sumber pembangkit listrik.

Turbin PLTMH bisa menghasilkan daya hingga 10kwh. Selain daya yang cukup besar, pihaknya juga memasang kabel yang dapat menjangkau ke seluruh rumah yang ada di Dusun Saruan. Saat ini sebanyak 31 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Merbau dapat menikmati energi listrik selama 24 jam.

Selain itu, CSR & SMEPP Pertamina RU III juga meresmikan program bina lingkungan Renovasi Masjid Al Ikhsan dan kelompok industri rumah tangga untuk mengembangkan potensi hasil olahan sumber daya alam di Desa Merbau.

Wakil Bupati OKU Selatan, Sholehein Abuasir sangat mengapresiasi program CSR & SMEPP Pertamina RU III.

"Saya berharap dengan diadakannya Program Desa Mandiri Energi dengan Turbin PLTMH yang turut didukung program peningkatan kesejahteraan serta pembangunan rohani, dapat secara menyeluruh membangun dan mengembangkan Desa Merbau," jelasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya