Liputan6.com, Karangasem - Hampir 13 hari, seluruh warga Desa Tulamben, Kubu, Karangasem Bali, mengungsi karena takut terdampak erupsi Gunung Agung. Sebagian dari mereka telah menjual hewan ternaknya, sebagian lagi menitipkannya ke pos pengungsian ternak, tapi sebagian lainnya masih meninggalkan ternaknya di kandang.
Bripka I Nyoman Dauh Artawan, polisi yang bertugas menjaga Desa Tulamben menceritakan, tak sedikit warga yang meninggalkan ternak begitu saja setelah status Gunung Agung naik menjadi Awas. Ternak-ternak itu bahkan ditinggalkan dalam keadaan terikat di kandang. Sebagian ternak penopang hidup warga bahkan nyaris mati karena kelaparan lebih dari sepekan.
Saat itulah, selain bertugas menjaga rumah-rumah warga, Bripka Nyoman juga merawat ternak-ternak yang ditinggalkan pemiliknya. Ia mencarikan rumput serta memberikan air minum bagi hewan ternak tersebut. Aksinya terdorong oleh pengalamannya menyaksikan salah satu ternak warga yang mati kelaparan dalam kondisi leher terikat.
Advertisement
Baca Juga
"Saya melihat sapi dalam keadaan terikat di kandang sudah lemas. Saat itu saya langsung ambilkan air dan carikan rumput agar sapi itu bisa bertahan hidup. Mudah-mudahan situasi cepat berakhir," katanya, Rabu (4/10/2017).
Pekerjaannya tentu berisiko besar karena bertugas di kawasan zona sektoral yang dilewati aliran lava dan lahar dingin Gunung Agung. Sementara, keselamatan warga dan harta benda yang ditinggalkan selama mengungsi telah diamanatkan kepadanya.
Bripka Nyoman memutuskan setia menjaga Desa Tulamben, desa yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan karena keindahan alamnya itu. Namun, ia tetap siaga agar bisa tepat menyelamatkan diri jika sewaktu-waktu Gunung Agung meletus.
"Jika itu terjadi, kita akan langsung pergi mencari tempat yang aman. Saya menjalankan perintah atasan saya, untuk melaksanakan misi kemanusiaan," ujar dia.Â
Saksikan video pilihan berikut ini!