Tinjau Bazar Fashion Lokal, Mendag: Mereka Punya Peluang Ekspor

Dijelaskan mendag, program business matching menjadi salah satu cara agar produk-produk UMKM fashion bisa menembus pasar ekspor

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 14 Mar 2025, 20:20 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2025, 20:20 WIB
Ramadan Nostalgic
Menteri Perdagangan Budi Santoso meninjau bazar produk UMKM fashion, Ramadan Nostalgic pada Jumat, 14 Maret 2025. (Tasha/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Budi Santoso meninjau bazar produk UMKM fashion, Ramadan Nostalgic pada Jumat, 14 Maret 2025. Bazar ini menghadirkan produk-produk busana muslimah hingga busana dan aksesoris pria dari berbagai produk lokal.

Mendag Budi mengungkapkan, produk-produk daam bazar tersebut memiliki potensi untuk eksplorasi peluang mengakses pasar ekspor.

“Tadi sudah komunikasi dengan bosnya, nanti akan dikurasi misalnya dari setiap bagian. Kita ambil lima atau beberapa kemudian nanti akan kita ikutkan program business matching,” ungkap Budi kepada media di Ratu Plaza, Jakarta, Jumat (14/3/2025).

Budi pun menyampaikan bahwa kementeriannya siap mendukung merk fashion lokal, dengan hadirnya program-program yang memberdayakan UMKM dalam negeri.

Jadi produk-produk UMKM ini biar percaya diri kalau produknya itu bisa menembus pasar eksplorasi (ekspor). Kalau enggak kita fasilitasi, mereka enggak berani,” ujarnya.

Dijelaskan, program business matching menjadi salah satu cara agar produk-produk UMKM fashion bisa menembus pasar ekspor.

“Nanti segera kita koordinasi ya dengan Scarf Media, tadi juga ada Paragon agar mempunyai binaan UMKM yang nanti bisa kita ikutkan dalam program UMKM bisa ekspor,” bebernya.

 5 Negara Dibidik jadi Pasar Ekspor Fesyen Muslim

Kementerian Perindustrian (kemenperin) prediksi sektor industri pakaian muslim tumbuh pesat ke depan. Seiring hal itu, lima negara mayoritas berpenduduk beragam Islam yaitu Turki, Iran, Arab Saudi, Pakistan dan Mesir dijadikan negara tujuan ekspor industri fesyen Muslim yang potensial.

"Dengan adanya peluang pasar dan perkembangan industri fesyen muslim saat ini, kita harus optimistis untuk memaksimalkan penguasaan pasar domestik maupun meningkatkan daya saing kita di pasar global. Kita bisa jajaki negara dengan konsumsi fesyen muslim terbesar seperti Iran, Turki, Arab Saudi, Pakistan dan Mesir sebagai negara tujuan ekspor yang potensial,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025 demikian seperti dikutip dari Antara.

Dia menuturkan, peluang perkembangan sektor industri pakaian muslim diperkirakan tumbuh pesat beberapa tahun ke depan, serta sejalan dengan berkembangnya pasar ekonomi Islam di dunia.M

erujuk laporan State of Global Islamic Economy 2023-2024 yang dirilis oleh Lembaga DinarStandard menyebutkan pengeluaran konsumen muslim terhadap enam sektor komoditas dapat menembus USD 3,1 triliun pada 2027.

 

Nilai Belanja

Nilai belanja tersebut tumbuh 4,8 persen dalam kurun waktu lima tahun, jika dibandingkan 2022 yang hanya mencapai USD 2,29 triliun.

"Adapun enam komoditas sektor ekonomi Islam yang diperkirakan tumbuh pesat tersebut, yaitu makanan, fesyen, media dan rekreasi, travel, farmasi, serta kosmetik,” ujar Reni.

Menurut Reni, sektor fesyen muslim menempati posisi kedua tertinggi dengan prediksi konsumsi pada 2027 sentuh USD 428 miliar. Adapun proyeksi konsumsi barang/jasa halal di Indonesia pada 2025, diperkirakan mencapai USD 330,5 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya