Aksi Bupati Pekalongan Promosikan Batik Warna Alam di New York

Permintaan batik dari negara Paman Sam sedang meningkat. Bupati Pekalongan pilih promosikan batik warna alam.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 16 Okt 2017, 22:03 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2017, 22:03 WIB
Aksi Bupati Pekalongan Promosikan Batik Warna Alam di New York
Permintaan batik dari negara Paman Sam sedang meningkat. Bupati Pekalongan pilih promosikan batik warna alam. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Pekalongan - Sukses batik di pasaran domestik membuat Kabupaten Pekalongan melebarkan sayap ke pasar-pasar internasional. Bupati Pekalongan Asip Kholbihi pada 10 Oktober 2017 bahkan berangkat ke New York, Amerika Serikat (AS) untuk mempromosikan batik pewarnaan alam.

Ia memenuhi undangan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York. "Saya dianggap menjadi semacam duta batik warna alam," ucap Asip, Jumat, 13 Oktober 2017.

Dia mengatakan, selama di New York, ia bertemu komunitas, pengusaha, maupun desainer batik. Saat ini, permintaan batik di negeri Paman Sam itu sedang meningkat. Ini membuktikan batik mulai diterima di pasaran Amerika Serikat.

Bahkan, pada 2018 akan diadakan peragaan busana kebaya batik warna alam di kota itu. Oleh karena itu, Asip mengaku akan secara khusus mempromosikan batik warna alam.

"Ini karena batik warna alam ramah lingkungan. Limbahnya tidak merusak tanah karena unsur-unsur alam maka akan kembali didaur ulang oleh alam," ia menambahkan.

Bupati Asip menjelaskan, saat ini, ia juga diminta memperkenalkan batik warna alam di beberapa negara Uni Eropa, Korea Selatan, Ekuador, Ukraina, dan Romania. Selama ini, batik Pekalongan sudah banyak dipasarkan di negara-negara Asia.

"Batik warna alam ini saya rasa layak dipasarkan di Eropa karena konsumen di sana menyukai produk-produk yang ramah lingkungan," katanya.

Warna alam untuk batik diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Hutan Petungkriyono. Pemerintah Daerah Pekalongan sejauh ini telah berhasil mengekstrak sekitar 25 warna dari tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan tersebut.

Untuk memperbanyak warna yang dihasilkan, Pemda Pekalongan bekerja sama dengan badan penelitian dan universitas. Menurutnya, warna alam tersebut masih mahal karena belum diproduksi secara masal.

"Ini makanya menjadi PR (pekerjaan rumah) kami bagaimana supaya bisa memproduksi warna alam secara massal. Dengan begitu, para pengrajin akan tertarik untuk pindah menggunakan warna alam ketimbang kimia. Sekarang sudah luar biasa jadi pilihan," ungkapnya.

Di sisi lain, Pemda Pekalongan untuk terus mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga tanaman yang menghasilkan warga alam dan untuk membudidayakan tanaman yang mampu menghasilkan warna alam ini agar dapat lebih maksimal.

"Karena di masa mendatang, diperkirakan permintaan ekstrak dari tanaman dari warna alam ini akan meningkat," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya