Liputan6.com, Pekalongan - Bupati Pekalongan Fadia Arafiq belakangan tengah menjadi sorotan publik usai responsnya terhadap keluhan warga dianggap tidak mencerminkan pejabat publik. Diketahui, sebelumnya ada seorang warganet mengeluhkan jalan berlubang dengan menulis komentar di unggahan akun Instagram pribadinya @fadiaarafiq.official, "Bu mau lapor, jalan Pasar Bojong ke Surobayan jalannya rusak, banyak berlubang, cukup dalam sekitar 4-7 cm, ada sekitar 20+ lubang."
Advertisement
Komentar keluhan warga itu kemudian dikomentari lagi oleh warganet yang mempertanyakan soal kapan peresmian Rumah Sakit Ki Ageng Sedayu, termasuk soal anggaran yang belum cair, dan ketidakhadiran Fadia Arafiq pada acara Ketandan Wiradesa.
Advertisement
"Peresmian RS Ki Ageng Sedayu kapan, Bu? Kabarnya anggaran sekian tidak keluar? Terus waktu kemarin ada acara Ketandan Wiradesa dipanggil tidak datang? Kenapa, Bu? Takut diperiksa kah?" tulis komentar warganet lainnya.
Komentar warganet itu pun direspons sang bupati dengan menuliskan kalimat makian, "Mulutmu kalau ngomong jangan kurang aj4r, diperiksa penegak hukum m*mpus kamu nanti. Urusan anggaran nggak keluar, anggaran apa? Jangan sampai dicari, nggak bisa kasih pertanggung jawaban omonganmu #/ admin."
Respons sang bupati Pekalongan itulah yang dianggap banyak orang tidak mencerminkan sikap seorang pejabat publik. Masyarakat menganggap respons sang bupati kurang bijak dalam menanggapi laporan warga. Laporan jalan rusak seharusnya yang digubris bukan komentar negatif warganet yang malah mendapat atensi.
Nama Fadia Arafiq sebenarnya bukan nama baru di Jawa Tengah. Perempuan kelahiran Jakarta, 23 Mei 1978 ini, memulai kariernya sebagai penyanyi dangdut sebelum akhirnya terjun ke dunia politik dan kini kembali memimpin Kabupaten Pekalongan untuk periode 2025-2030. Perjalanan kariernya yang unik dan kontroversi yang pernah dialaminya, menjadikannya sosok yang menarik untuk diulas.
Fadia, yang bernama asli Laila Fathiah, merupakan putri dari pedangdut senior A Rafiq dan kakak dari Fairuz A Rafiq. Setelah menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Karet Tengsin 14, SMP Negeri 8, dan SMA Negeri 58 Jakarta, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas AKI Semarang (S1 Manajemen) dan Universitas Stikubank Semarang (S2 Manajemen). Ia juga disebut telah menyelesaikan pendidikan S3 di UNTAG Semarang, meskipun detailnya masih perlu diverifikasi lebih lanjut.
Kiprahnya di dunia politik dimulai sebagai Wakil Bupati Pekalongan periode 2011-2016 mendampingi Amat Antono. Setelah itu, ia menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Pekalongan dan Ketua KNPI Jawa Tengah periode 2016-2021, sebelum akhirnya terpilih sebagai Bupati Pekalongan periode 2021-2024 dan kembali terpilih untuk periode 2025-2030. Pelantikan untuk periode keduanya dilakukan pada 20 Februari 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dari 'Cik Cik Bum Bum' hingga Kursi Bupati
Sebelum menjadi Bupati, Fadia dikenal sebagai penyanyi dangdut dengan singel hits 'Cik Cik Bum Bum' yang dirilis pada tahun 2000. Namun, ia memilih untuk beralih ke dunia politik dan membuktikan kemampuannya dalam memimpin daerah. Keputusan ini tentu tidak mudah, mengingat latar belakangnya yang berbeda dari kebanyakan politisi.
Sebagai Bupati, Fadia telah meluncurkan berbagai program unggulan selama periode 2021-2024, di antaranya 'Dalan Alus Rejeki Mulus', 'Kudu Sekolah', 'Kesehatan Gratis Cukup Pakai KTP', dan 'Bantuan Seragam Sekolah Siswa SD-SMP'. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pekalongan di berbagai sektor.
Ia juga menyatakan akan melanjutkan program-program yang telah berjalan baik di Kabupaten Pekalongan pada periode kepemimpinannya yang baru. "Kebetulan saya incumbent, jadi kita akan meneruskan apa-apa yang belum tuntas di kabupaten Pekalongan," ujarnya seusai pelantikan.
Advertisement
Kontroversi dan Tanggapan
Meskipun banyak prestasi yang telah diraih, Fadia juga pernah menuai kontroversi usai komentarnya menjadi sorotan publik karena dinilai kasar kepada netizen di Instagram. Komentar tersebut terkait protes mengenai jalan berlubang dan anggaran yang tidak keluar untuk pembangunan RS Ki Ageng Sedayu.
Kejadian ini menjadi pembelajaran penting bagi Fadia dalam menghadapi kritik dan aspirasi masyarakat. Sebagai pemimpin, penting untuk selalu bersikap bijak dan profesional dalam merespons setiap permasalahan yang muncul.
