Yuk, Wisata Erupsi Gunung Agung

Ada dua sudut pengambilan gambar yang menarik. Di antaranya di laut dengan radius 25 kilometer dari Gunung Agung.

oleh Anri Syaiful diperbarui 27 Okt 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2017, 07:30 WIB
Gunung Agung
Warga memantau aktivitas Gunung Agung di Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (29/9). Petugas gabungan akan menyisir kawasan rawan bencana untuk mengevakuasi warga yang belum mengungsi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Karangasem - Gejolak di masyarakat dan dunia usaha serta pemerintah pada masa siaga darurat dalam status Awas Gunung Agung, hingga kini masih berlangsung. Semua sektor saling bahu-membahu agar tidak ada korban jika gunung setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu sewaktu-waktu erupsi atau meletus.

Namun, kenaikan status Awas Gunung Agung sejak 22 September 2017, mulai mengganggu aktivitas pariwisata Bali. Alhasil, perekonomian di Pulau Dewata juga terganggu.

"Banyaknya berita negatif atau hoax yang beredar, menyebabkan banyak warga dan wisatawan yang takut datang ke Bali," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 Oktober 2017.

Padahal, zona berbahaya yang ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah radius 12 kilometer dari puncak Gunung Agung. "Di luar itu aman, dan jika terjadi erupsi hanya terpapar abu," ia menambahkan.

Sutopo menekankan pula, para wisatawan tidak harus takut. Namun, mereka harus mempersiapkan untuk mengatasinya dalam satu tas yang selalu dibawa ke mana-mana.

"Siapkan masker, air mineral, obat tetes mata, gunakan baju lengan panjang, topi, jaket atau jas hujan tipis, dan sebagainya, sehingga aman dari abu," Sutopo menyarankan.

Adapun bagi pengendara kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor, agar berhati-hati. Sebab, ada kemungkinan jalanan tertutup abu yang menyebabkan jalanan menjadi licin. Waspadai pula dahan atau ranting pohon yang patah secara tiba-tiba karena tidak kuat menahan abu yang jatuh.

Lalu, apakah pariwisata Bali akan lumpuh ketika terjadi erupsi Gunung Agung? "Tentu tidak. Justru menjadi kesempatan baru untuk menarik turis lokal maupun mancanegara melakukan Lava Tour Gunung Agung," sebut Sutopo.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Menikmati Pesta Kembang Api Alam

Gunung Agung
Pemandangan malam Gunung Agung di bawah langit penuh bintang terlihat dari Kubu di Karangasem, Bali, (28/9). Pihak berwenang berencana mengalihkan penerbangan jika terjadi erupsi Gunung Agung. (AFP Photo/Bay Ismoyo)

Tak hanya itu, menurut Sutopo, para wisatawan dapat menikmati pesta kembang api alam dengan memotret keindahan erupsi Gunung Agung dari titik aman yang telah ditentukan.

"Gerhana matahari yang hanya beberapa detik saja ditunggu, letusan gunung api juga dapat menjadi objek yang menarik untuk direkam," katanya.

Sutopo membeberkan, ada dua sudut pengambilan gambar yang menarik, pertama dari laut. Radius 25 kilometer dari Gunung Agung termasuk zona aman dari sisi laut. Dari sisi timur ke utara, keuntungan posisinya adalah melihat lontaran batu pijar dari kawah Gunung Agung dan pada waktu yang tepat akan menghasilkan foto yang menakjubkan.

Adapun dari sisi utara ke timur pada radius 35 km zona aman dapat melihat keindahan Gunung Batur dengan latar belakang erupsi Gunung Agung. Anda dapat menghasilkan foto siluet panorama Gunung Batur. "Tentunya selalu update rekomendasi dari PVMBG dan BMKG saat melakukan pengambilan gambar," ujarnya.

Kedua, dari sisi darat, terinspirasi memotret Candi Borobudur dari Pucuk Setumbu menghasilkan gambar yang istimewa, kenapa tidak dengan Gunung Agung?

Dari Google Earth ada empat titik yang representatif. Namun, ada satu titik, yakni dari Pura Lempuyang (sekitar 1.100 mdpl) tentunya akan menghasilkan gambar yang indah dengan foreground pura.

Jarak yang aman dengan radius 16,5 km dari Gunung Agung, wilayah aman dari dampak erupsi dan pada waktu yang tepat akan menghasilkan foto yang menarik. "Tetap harus diingat bahwa jarak aman sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan rekomendasi PVMBG," kata Sutopo.

Proyeksi dari Google Earth ini juga harus melakukan survei ke lokasi yang sudah ditentukan. Visual daerah yang dituju juga perlu dilihat, apakah ada pohon besar yang menghalangi menara pemantau tersebut atau tidak.

"Sinergi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sekitar menjadi potensi sumber daya manusianya, sehingga turut meningkatkan ekonomi desa tersebut," katanya.

Jadi jangan takut, di balik kesulitan pasti ada keberkahan dari Sang Pencipta Alam Semesta. "Bagi masyarakat sekitar berilah jeda dengan menjauh dari radius 12 km, untuk Gunung Agung melontarkan kekayaan pasir yang berlimpah untuk masyarakat sekitar," Sutopo menambahkan.

Bagi dunia pariwisata menjadi objek wisata baru, yakni Lava Tour Gunung Agung dan pesta kembang api alam. "Meskipun hidup berdampingan dengan bencana (Living Harmony with Disaster), tetap juga harus kita kenali bahayanya kurangi risikonya, sehingga menjadi kesadaran bencana menjadi suatu budaya," kata Sutopo.

Wisata Letusan Bromo Jadi Favorit

20160721-Erupsi, Intensitas Kunjungan Gunung Bromo Justru Meningkat-Jawa Timur
Wisatawan asing berfoto berlatar erupsi Gunung Bromo di Puncak Penanjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Kamis (21/7). Meski berstatus waspada, intensitas kunjungan ke Gunung Bromo justru meningkat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Wisata erupsi bukanlah yang pertama di Indonesia. Pada tahun lalu, saat status Siaga Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, banyak wisatawan tetap tertarik berkunjung.

Ketika itu, paket wisata erupsi Bromo bahkan ditawarkan pemerintah setempat yang sekaligus memberikan jaminan bahwa gunung setinggi 2.329 mdpl tersebut aman dikunjungi.

"Masih banyak destinasi wisata di sana meski lautan pasir tak bisa dikunjungi. Silakan datang untuk menikmati paket wisata erupsi Bromo," ucap Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Probolinggo Tatok Krismahendro di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 21 Januari 2016, dilansir Antara.

Menurut dia, pemandangan Gunung Bromo dari jauh tidak kalah eksotis dibandingkan dari jarak dekat, termasuk paket wisata menikmati hasil panen dan keindahan matahari terbit.

"Bagi wisatawan rombongan, baik dari dalam maupun luar negeri, tentu ada pendamping dan ditunjukkan bagaimana keindahan Bromo saat erupsi. Apalagi, fenomena ini terjadi lima tahun sekali," ujar Tatok.

Ketua Forum Komunitas Pelaku Wisata Gunung Bromo, Supoyo mengakui, sejumlah lokasi wisata di luar lautan pasir mulai dipadati pengunjung. Satu di antaranya di Bukit SPY atau Seruni Point.

Di sana, imbuh dia, wisatawan dapat melihat hamparan pasir yang terbentang luas mempertunjukkan pesona alam indah, disertai keindahan kawah dengan kepulan asapnya.

"Wisatawan juga dapat melihat keindahan Gunung Semeru secara bersamaan dan menghasilkan kombinasi pesona pegunungan Tengger yang menakjubkan," ujar anggota DPRD Kabupaten Probolinggo tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya