Banjir Kepung Bantul, 2 Jembatan Antar-Kecamatan Ambrol

Hujan deras yang mengguyur Bantul, DIY, selama dua hari terakhir menimbulkan banjir dan meluapkan sungai.

oleh Bangun SantosoYandhi DeslatamaSwitzy Sabandar diperbarui 28 Nov 2017, 16:30 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2017, 16:30 WIB
Jembatan Ambrol
Jembatan ambrol di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Bantul - Hujan deras yang mengguyur Daerah Istimewa Yogyakarta, selama dua hari terakhir nyaris tanpa henti menimbulkan banjir dan meluapkan sejumlah sungai. Bahkan, dua jembatan di Kabupaten Bantul, ambrol.

Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan Desa Srihardono dengan Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong serta Desa Tamantirto dengan Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, terputus.

Usia jembatan gantung yang berada di Kecamatan Pundong itu sudah tua dan belum sempat diperbaiki. Sementara jembatan di Kecamatan Kasihan sebagai akses jalan utama, sehingga warga yang melintasi wilayah itu harus menggunakan jalur alternatif dan memutar beberapa kilometer.

"Jembatan gantung roboh karena terbawa arus air Kali Opak yang meluap," ucap Kepala Desa Seloharjo, Mahardi Badrun, Selasa (28/11/2017).

Ia menjelaskan, robohnya jembatan berlangsung dramatis dan beberapa warga sempat mengabadikan lewat telepon seluler atau ponsel.

Banjir juga mengakibatkan 20 hektare lahan padi yang berusia 35 hari di Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Bantul, tergenang. Banjir yang menggenangi kawasan itu juga membuat 20.000 ekor ikan di kolam milik warga setempat hilang.

Talut Sungai Winongo yang membelah Desa Donotirto, juga longsor sepanjang 20 meter. Jalan kampung di samping talut pun terancam. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul, Dwi Daryanto, mengatakan sampai saat ini masih menghimpun data kerusakan akibat bencana banjir dan longsor.

"Kami akan mengecek ke lokasi dan petugas masih melakukan update data terbaru," ujar Dwi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Banjir dan Longsor Terjang Jambi

Banjir Jambi
Tingginya curah hujan sepekan terakhir di Jambi menyebabkan sejumlah sungai meluap dan membanjiri sejumlah wilayah. (Foto: Istimewa/B Santoso)

Bencana banjir tak hanya terjadi di Kabupaten Bantul, DIY. Tingginya curah hujan di Provinsi Jambi, juga mulai menimbulkan bencana. Terkini, ada beberapa daerah dilanda banjir dan tanah longsor. Seperti di Kabupaten Sarolangun, Tebo, dan Kota Sungaipenuh.

Iwan, salah seorang sopir travel jurusan Kota Jambi-Kota Sungaipenuh mengatakan, longsor terjadi di jalur Kota Sungaipenuh menuju daerah Tapan. Tepatnya di kilometer 35 dan 37.

"Sampai Senin siang tadi, jalur masih tertimbun longsor. Lalu lintas lumpuh, dan kabarnya ada satu mobil terjebak longsor juga," ujar Iwan saat dihubungi, Senin malam, 27 November 2017.

Menurut Iwan, jalur Kota Sungaipenuh menuju Tapan memang rawan akan longsor. Sebab jalur tersebut diselingi tebing yang cukup tinggi. Apabila masuk musim penghujan maka bisa memicu longsor.

Longsor tersebut juga dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sungaipenuh, Paunal Akhyar. Untuk mengatasi longsor tersebut, pihaknya sudah menurunkan sejumlah alat berat ke lokasi dengan dibantu petugas dari Tim Reaksi Cepat (TRC).

"Daerahnya memang rawan akan longsor karena kondisi tanah yang labil," ujar Paunal.

Ia pun mengimbau agar warga berhati-hati saat melintasi jalur Kota Sungaipenuh menuju Tapan. Jalur berstatus jalan nasional dikenal sebagai langganan longsor saat musim hujan tiba.

Longsor Dan Banjir Hantui Banten

Ilustrasi Tanah Longsor
Ilustrasi Tanah Longsor

Sementara itu, wilayah Kabupaten Serang, Banten, menjadi lokasi rawan bencana banjir dan tanah longsor. Seperti di Serang Timur, menjadi daerah rawan banjir karena meluapnya Sungai Ciujung dan Cidurian.

Wilayah Serang Barat yang rawan bencana longsor, yakni di Kecamatan Mancak, Gunung Sari, Padarincang, dan Ciomas. Sedangkan wilayah Serang Utara berpotensi banjir rob karena hujan dan tingginya gelombang air laut yang masuk hingga ke daratan.

"Kami sudah memberikan informasi pencegahan, waspada dan potensi banjir maupun bencana lainnya," kata M Furqon selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang, Senin, 27 November 2017.

Hal ini terjadi lantaran Banten mulai memasuki musim penghujan. Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas I Serang telah memprediksi bahwa hujan diprediksi akan turun hingga Februari 2018.

"Cuaca ekstrem di Banten akan terus seperti ini sampai Februari mendatang," kata Rizko dari BMKG Serang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya