Liputan6.com, Yogyakarta Gudeg selama ini dikenal sebagai kuliner khas Yogyakarta yang sudah mendunia. Sayangnya, tidak semua orang bisa menikmati manisnya nangka muda sebagai bahan baku makanan ini.
Sensasi rasa gudeg yang lebih bersahabat pun dihadirkan Fedika Aryandono. Generasi kedua gudeg Bu Rini Wijilan ini pun melahirkan gudeg yang ramah dan diterima banyak lidah.
Gudeg geprek menjadi inovasi kuliner baru, berupa perpaduan gudeg dan ayam geprek. Rasa pedas gurih ayam bacem yang digoreng kering pun menyamarkan cita rasa gudeg yang dianggap terlalu manis.
Advertisement
Baca Juga
"Banyak teman terutama dari Sumatera itu bertanya ke saya, bisa tidak kalau gudeg jangan terlalu manis, dari situ saya berpikir harus ada inovasi baru," ucap Dika, sapaan akrabnya, kepada Liputan6.com, Rabu, 29 November 2017.
Sebelum memutuskan untuk membuat gudeg geprek ia sempat mencoba gudeg bakar. Akan tetapi, menu itu tidak dilanjutkan karena saat dicoba masih berbau sangit. Dika belum menemukan komposisi yang pas untuk gudeg bakar.
Gudeg geprek dibuat dalam sejumlah level pedas yang bisa dipilih sesuai dengan selera. Level 1 memakai cabai setengah sampai satu, level 2 memakai dua sampai tiga cabai, dan seterusnya, sampai level 7 yang memakai 50 sampai 100 cabai. Gudeg yang digunakan mengambil stok dari gudeg Bu Rini Wijilan, sehingga soal autentik rasa tetap terjaga.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dibuka Dua Cabang
Gudeg geprek bisa diperoleh di warung yang berlokasi di Jalan Parangtritis kilometer 5 dan Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman, tepatnya di sebelah timur Kampus I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Warung gudeg geprek di Jalan Parangtritis lebih dulu dibuka pada dua bulan lalu, sedangkan warung yang berada di Sleman baru beroperasi sekitar dua minggu.
Di usianya yang seumur jagung, gudeg geprek laris manis diserbu penikmat kuliner. Dalam sehari, ia bisa menjual 80 porsi gudeg geprek.
Advertisement
Ramah di Kantong
Berbeda dengan gudeg Bu Rini Wijilan yang menggunakan ayam kampung, gudeg geprek memilih memakai ayam potong. Alasannya, segmen pasar yang disasar berbeda.
Gudeg Wijilan menyasar kaum wisatawan dengan harga premium, sedangkan gudeg geprek sesuai kocek mahasiswa. Tidak salah jika gudeg geprek terbilang murah, seporsi hanya dibanderol Rp 13.000 termasuk minuman es teh.
Dalam waktu dekat, ia juga berniat mengadakan promosi gudeg geprek level 7, makan sampai habis tanpa bayar. Apabila tidak habis, maka pengunjung harus membayar penalti sebesar Rp 25.000.