Liputan6.com, Jakarta - Jelang pencanangan Citarum Harum oleh Presiden Joko Widodo pada awal Februari 2018, ratusan prajurit Kodam III/Siliwangi diterjunkan ke lapangan untuk menghijaukan sungai kembali, mulai dari kawasan hulu Citarum. Para petani dilibatkan dalam upaya penghijauan tersebut.
Kawasan yang akan dihijaukan mencapai 80 ribu hektare karena kondisinya dinilai kritis, bahkan sangat kritis. Diperlukan sekitar 125 juta bibit pohon, terdiri dari 100 juta tanaman ekonomis dan 25 juta tanaman ekologis, untuk memenuhi luasan kawasan kritis itu.
Menurut Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Letkol Arh Desi Ariyanto, pada tahap pertama penghijauan kembali hulu Sungai Citarum, tepatnya di Situ Cisanti, Kabupaten Bandung Barat, TNI menyiapkan lahan pembibitan seluas 25 hektare. Sebelum itu, para prajurit akan membuka dan memperbaiki jalan yang menuju lokasi pembibitan.
Advertisement
Baca Juga
Selanjutnya, para prajurit akan mengatur instalasi pengairan yang mengarah ke kebun pembibitan. Sementara, bibit pohon yang akan ditanam berupa pohon tanaman ekologis, seperti mahoni tahura, suren, rasamala, mani I, puspa, manglid, vetiver, dan aren. Ada pula tanaman ekonomis seperti kopi, kina, murbei, lada, dan buah-buahan, untuk memperbaiki kondisi hulu Sungai Citarum.
"Kegiatan pembibitan ini dilaksanakan oleh 200 prajurit Siliwangi yang menetap di barak yang akan dibangun dekat dengan lokasi pembibitan, bersama tim pembibitan Budiasi pimpinan Bapak Yuhan serta dengan masyarakat petani Situ Cisanti yang sudah melakukan alih profesi," kata Desi dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 25 Januari 2018.
Â
Â
Â
Â
Â
Bibit SNI
Desi mengatakan penanaman bibit pohon juga berlangsung di Gunung Wayang. Bibit yang ditanam harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Bibit versi Citarum.
Bibit sesuai SNI itu terbagi dua, yakni tanaman keras dan tanaman perdu. Untuk tanaman keras, tinggi bibit adalah 1,2 meter atau batang berdiameter 2 cm. Sementara bibit tanaman perdu, tinggi bibit minimal 80 cm.
"Karena pembibitan baru dimulai, saat ini ribuan bibit yang ditanam di Gunung Wayang berasal dari lahan pembibitan Budiasi yang selama ini berada di bawah pembinaan Mayjen TNI Doni Monardo," kata Desi.
Dua hari sebelum bibit pohon ditanam, sambung dia, lubang harus sudah digali sekaligus disiapkan ajir untuk memperkokoh berdirinya pohon. Para prajurit Siliwangi itu sudah mulai bergerak sejak November 2017.
Advertisement
Air Petilasan
Selain gerakan penghijauan, prajurit Siliwangi bersama petani juga terjun memperbaiki kondisi mata air Citarum yang dijuluki The Dirtiest River in The World itu.
Desi menerangkan, air Sungai Citarum berasal dari tujuh mata air yang ada di Situ Cisanti. Mata Air ini termasuk mata air purba karena sudah berusia kurang lebih 12 juta tahun.
"Yang tadinya banyak rumput liar serta jalannya menuju mata air yang masih berupa tanah dan dikhawatirkan dapat longsor ke dalam mata air, kini telah diperkuat dan diperindah sehingga selain mata air tetap terjaga, masyarakat juga tetap menikmati indahnya mata air tersebut," kata Desi.
Selain penguatan akses jalan, para prajurit juga mengangkat semua sampah plastik yang ada di permukaan danau dan di sekeliling bibir danau. Pembersihan eceng gondok dan ganggang merah juga diangkat dari permukaan danau.
"Karena eceng gondok dan ganggang merah yang ada dipermukaan cukup banyak, maka pengangkatannya menggunakan perahu LCR serta dua unit alat berat Amphibius," ujarnya.
Â
Dilarang Memancing
Desi menambahkan, proses pembersihan hulu Sungai Citarum juga berfokus pada pencegahan pembentukan sedimentasi Situ Cisanti. Caranya adalah dengan menanam vetiver di sepanjang bibir danau.
Ia juga menambahkan, penanaman vetiver diharapkan mampu menahan tanah sehingga mencegah terjadinya longsor dan mengakibatkan sedimentasi di Situ Cisanti tidak terjadi lagi. Apalagi, akar veitber terkenal kuat.
Selain itu, TNI juga melarang warga memancing di Situ Cisanti. "Hal ini harus dilakukan karena selama ini banyak tanah di bibir Danau Cisanti yang longsor ke dalam danau karena digunakan sebagai pijakan untuk memancing," kata dia.
Di sisi lain, masyarakat setempat juga bakal direlokasi ke tempat baru. Prajurit Siliwangi dikerahkan untuk membangun rumah baru yang tak jauh dari tempat tinggal warga yang lama. Ada sekitar 300 masyarakat yang menyatakan bersedia direlokasi.
Selain itu, sekitar 2.400 warga yang didominasi petani kentang dan wortel bersedia untuk alih profesi. Secara berangsur-angsur, mereka bergabung dengan tim pembibitan Prajurit Siliwangi.
"Setelah sebelumnya diberikan ganti rugi tanaman yang kentang dan wortel yang telah mereka tanam sekaligus langsung diberikan gaji sebagai pembibit tanaman," ujar Desi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement