Liputan6.com, Yogyakarta - Museum Pendidikan dan Mainan Kolong Tangga resmi ditutup pengelola Taman Budaya Yogyakarta pada 4 Juli 2017 lalu. Hingga kini, museum yang dahulunya menempati ruang kosong di bawah tangga Concert Hall lantai 2 Taman Budaya Yogyakarta sejak 2008 kini masih mencari lokasi baru.
Ketua Komite Kerja Museum Kolong Tangga, Irma Restiana, mengatakan sudah berusaha menghubungi banyak pihak yang bisa membantu museum kolong tangga. Namun hingga saat ini, belum ada respons baik dari mereka. Beberapa bahkan mengatakan tidak bisa membantu.
"Juli tahun lalu sudah pindah kita tidak punya tempat lain kegiatan untuk objek tidak bisa dilakukan," ujarnya, Jumat, 16 Februari 2018.
Advertisement
Baca Juga
Irma mengaku pihak museum hanya membutuhkan gedung untuk dipamerkan kepada khalayak. Hingga saat ini, ia dan tim masih semangat mencari donor bangunan untuk museum kolong tangga.
"Kami hanya punya semangat dan komitmen. Karena finansial kita tidak punya sumber pendanaan yang tetap. Kalau bangun sendiri kita enggak mungkin," katanya.
Belasan ribu Koleksi
Irma mengaku saat ini masih menjaga belasan ribu koleksi mainan dari berbagai belahan dunia ini. Saat ini, ribuan koleksi mainan itu berada di gudang salah satu kurator museum.
"Koleksi di gudang kan 17 ribu koleksi, kita tidak punya pilihan lain," katanya.
Ia dan para relawan masih menjaga belasan ribu koleksi mainan masih merawat koleksi tersebut sembari menunggu mendapat lokasi yang dapat digunakan untuk memajang koleksinya.
"Me-list gedung mana saja sudah dilakukan, tapi kami berusaha mencari akses ke sana. Pemerintah sudah mencarikan, tapi belum," katanya.
Irma mengatakan timnya tidak pernah berhenti untuk mencari tempat bagi museum kolong tangga. Bahkan, ia pernah mendatangi dan menghubungi perpustakaan daerah DIY.
"Tapi belum bisa juga. Kalau spesifik khusus belum. Kita juga cari sekolah yang tidak digunakan, tapi saat ini belum ada," katanya.
Advertisement
Museum Satu-satunya di Indonesia
Ia mengaku jika museum pendidikan dan mainan kolong tangga di Yogyakarta ini merupakan museum satu-satunya di Indonesia yang memiliki koleksi mainan dari seluruh dunia. Namun, saat ini nilai dan filosofi dari mainan itu tidak bisa dipamerkan karena tidak memiliki bangunan.
"Ironis memang, museum pertama dan satu-satunya di Indonesia harus tutup karena nggak punya gedung. Padahal, setiap negara sebagian ada museum sejenis di kolong tangga," katanya.
Ia mengatakan banyak masyarakat yang menyayangkan koleksi mainan itu tidak bisa dipamerkan untuk anak anak. Namun, pengurus museum tidak bisa berbuat banyak karena tidak memiliki tempat resmi.
"Koleksinya sangat bagus jika untuk pengetahuan anak-anak zaman sekarang," katanya.
Pihak museum saat ini mencari cara agar museum itu tidak berhenti dan mati, yaitu dengan berbagai acara dan program. Salah satunya dengan program pameran di mal yang dekat dengan anak-anak.
"Segi program tetap jalan melaui pameran, kunjungan, buletin ke sekolah. Ada program come to visit you. Kita pernah ke Gunungkidul ke sekolah ke panti asuhan dan RS. Tahun ini ke panti asuhan," katanya.
Ia mengaku saat ini belasan ribu koleksi mainan dari berbagai negara ini masih mencari siapa yang akan membantu mengantarkan nilai dari mainan anak-anak ini. Apalagi, seluruh koleksi museum disebut sebagai koleksi masterpiece.
"Semua koleksi istimewa. Kita perlakukan koleksi sama. Jadi, semua punya cerita di balik itu," kata Irma.
Saksikan video pilihan berikut ini: