Cerita Ulama Garut Bawa-Bawa Samurai hingga ke Mimbar Masjid

Mereka bahkan membekali diri dengan ilmu kekebalan tubuh hingga senjata tajam.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 21 Feb 2018, 19:29 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2018, 19:29 WIB
Curhat Ulama Garut Usai Isu Teror Orang Gangguan Jiwa Merebak
Kapolres Garut meminta agar isu teror kepada ulama tidak dibesar-besarkan meski menyatakan akan tetap memproses hal itu. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Isu ancaman penganiayaan hingga pembunuhan, membuat ulama Garut, Jawa Barat, tak tenang. Mereka rela memagari diri dengan senjata tajam hingga ilmu kekebalan tubuh.

Ketua MUI Pamengpeuk, Garut KH Basari mengatakan, situasi ancaman yang disebarkan pihak tidak bertanggungbjawab ini, sengaja ditujukan untuk mengganggu ketentraman masyarakat saat ini. Beberapa ulama bahkan membawa senjata saat pergi ke luar.

"Sampai banyak yang bawa samurai ke mimbar masjid, ini sangat mengkhawatirkan," ujarnya dalam dialog bersama para ulama di Gedung Pendopo Garut, Rabu (21/2/2018).

Penganiayaan yang menimpa ulama Cicalengka, Bandung, Januari lalu, mampu membuat ketakutan para ulama dan pengikutnya di tiap wilayah Jawa Barat, khususnya Garut.

Bahkan, para ulama atau kiai dari kalangan NU dan Muhammadiyah sampai membekali diri dengan senjata tajam untuk mengantisipasi datangnya ancaman itu.

"Mendingan bawa golok ke masjid, daripada tidak ada lagi yang ke masjid karena takut," ujarnya.

Pernah Mendapat Ancaman

Curhat Ulama Garut Usai Isu Teror Orang Gangguan Jiwa Merebak
Kapolres Garut meminta agar isu teror kepada ulama tidak dibesar-besarkan meski menyatakan akan tetap memproses hal itu. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Usai merebaknya ancaman itu, ia mengaku sudah beberapa kali mendapatkan ancaman pembunuhan yang dialamatkan orang tidak dikenal. "Saya bersama masyarakat sudah resah, ini sudah bukan hoaks lagi, tapi sudah ancaman," ujarnya.

Bahkan, sedikitnya tiga orang yang diduga orang gila telah tertangkap dan dihakimi massa di daerah pesisir pantai selatan Jawa tersebut. "Masa orang gila bawa Hp, dijemput motor, dijemput mobil, banyak kecurigaan," kata dia.

Selain senjata tajam, upaya lain yang dilakukan para ulama Garut untuk melindungi diri dari ancaman itu yakni dengan mengisi ilmu kekebalan tubuh. Ustaz Yasin, salah satu kiai dari Kecamatan Samarang mengaku, untuk melindungi diri, dia mengajarkan santrinya mempelajari seni ilmu bela diri.

"Saya ajari santri saya agar kuat dipukul ini doanya, atau bagaimana agar kuat ditembak ini doanya, sekarang bukan saatnya menahan diri," kata dia dengan semangat.

Menurutnya, kondisi tidak kondusif saat ini bukan kebetulan semata, tetapi telah dirancang untuk mengacaukan keamanan masyarakat.

"Harus ada upaya nyata dari pemerintah terutama polisi untuk menghentikan ini semua," pinta dia.

Sementara itu, Ketua MUI Garut KH Sirojul Munir mengatakan, aksi ancaman teror yang dialamatkan kepada para ulama dan ustaz saat ini, merupakan rekayasa terstruktur yang sengaja disebarkan pihak tertentu untuk merusak ketentraman masyarakat.

"Makanya kita harus lawan," ujarnya.

Ia menambahkan, ancaman itu sengaja disebarkan untuk melemahkan kekuatan dan persaudaraan umat Muslim, sehingga dengan upaya itu, lembaganya mengajak seluruh umat Islam, termasuk kiai, ulama, dan masyarakat sekitarnya, bahu membahu mengahadapi teror tersebut.

"Jangan takut, dakwah tetap jalan, justru kalau itu (ketakutan) terjadi, rencana propaganda mereka berhasil," kata dia.

 

 

Ulama Diharapkan Berpikir Jernih

Teror Ulama
Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna, menyatakan isu ancaman penganiayaan dan pembunuhan terhadap ulama adalah hoaks. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Hal yang sama disampaikan ketua MUI Kecamatan Cisurupan KH Cecep Jayakarama. Menurutnya, munculnya fenomena ancaman terhadap ulama tidak perlu ditanggapi berlebih, tetapi justru harus ditangkal dengan pikiran yang jernih.

Saat ini, ujar dia, memasuki musim politik nasional, kondisi suhu keamanan dalam negeri meningkat, sehingga peran ulama sangat dibutuhkan. "Kalau istilah kebakaran itu maka para ulama menjadi pemadam kebakaran bukan menjadi bensin, ulama itu harusnya menyejukkan umat," papar dia.

Untuk itu, ia mengajak seluruh ulama Garut bersepakat memberikan isi materi pengajian atau khotbah yang lebih bijak, agar masyarakat lebih tenang. "Di daerah kami di Cisurupan aman kondusif tidak ada yang meresahkan, di Cisompet pun binaan kami sama aman," ungkap dia.

Seperti diketahui, penganiayaan menimpa Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong) awal Januari lalu, kemudian Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto, tewas.

Ancaman penganiayaan, pengeroyokan dan pembunuhan terhadap ulama yang dilakukan terduga orang gila kian mengkhawatirkan. Bahkan, ancaman tersebut semakin menjadi dengan menyebarnya beberapa ancaman terhadap ulama di kabupaten Garut.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya