Liputan6.com, Yogyakarta - Sujatno sudah puluhan tahun bekerja sebagai tukang becak. Namun, baru lima bulan terakhir becaknya diminati wisatawan asing di Yogyakarta. Sejak ia memakai becak listrik. Salah satu pelanggannya adalah warga negara Australia.
Becak listrik memang tidak terlalu mempengaruhi penghasilannya secara signifikan. Tetapi dari segi tenaga yang dikeluarkan jelas berbeda.
Bapak dari dua anak itu tidak harus selalu mengayuh pedal becak manual. Pada saat-saat tertentu saja ia harus mengayuh pedal, seperti ketika jalan menanjak atau awal becak melaju.
Advertisement
"Pendapatan per hari sama saja tidak pasti, tetapi kalau dirata-rata sebulan bisa Rp 2 juta," tutur laki-laki kelahiran 49 tahun silam ini, Senin (26/2/2018).
Baca Juga
Menurut Jatno, bule lebih senang menggunakan becak listrik. Alasannya, lebih cepat ketimbang becak manual, namun tetap ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi seperti becak motor.
Laki-laki asal Wonogiri ini hidup di atas becak listrik. Ia mandi dengan menumpang tempat, tidur di kursi penumpang, dan hanya sesekali pulang ke kampung halamannya.
Jatno bukan pemilik becak listrik. Ia hanya menyewa dari SMK Piri I Yogyakarta dengan biaya Rp 50.000 sampai Rp 70.000 per minggu.
Jatno merupakan satu dari tujuh penyewa becak listrik karya SMK Piri I Yogyakarta. Sebenarnya ada 10 becak listrik di sekolah itu, namun tiga unit lainnya belum disewakan.
Â
Ditantang Kementerian Riset dan Teknologi
Becak listrik di SMK Piri I Yogyakarta lahir melalui proses panjang. Cerita bermula ketika Raden Sunarto, guru Teknik Listrik di sekolah kejuruan itu diundang oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada 2012.
Ia ditantang untuk menghasilkan kendaraan dengan bahan bakar energi baru terbarukan setelah diberi contoh kendaraan mobil dan bus listrik milik kementerian.
"Waktu itu diberi penjelasan bahan bakar minyak fosil akan berkurang dalam waktu 20 tahun jadi harus ada bahan bakar dari energi alternatif," tutur Raden.
Tantangan itu pun diterimanya. Ia membuat becak listrik generasi pertama selama tiga bulan. Pekerjaan itu dilakukannya pada pertengahan 2012 dan selesai Oktober.
Raden menyerahkan karyanya secara langsung kepada Menteri Riset dan Teknologi saat berada di Taman Pintar Yogyakarta. Ketika itu menteri datang untuk menghibahkan bus listrik.
Saat Raden memberikan karyanya, Gubernur DIY Sultan HB X juga menyaksikan. Ketika itu, Sultan berbicara kepada Raden. Becak listrik juga harus digunakan oleh rakyat Yogyakarta.
Â
Advertisement
Tantangan Kedua
Seminggu setelah peristiwa itu, Raden kembali dihubungi oleh orang Kementerian Riset dan Teknologi. Ada tantangan kedua yang diajukan.
"Saya disuruh bikin becak listrik sebanyak-banyaknya dalam tempo satu bulan," ucapnya.
Raden terkejut. Namun, kesempatan itu tidak disia-siakannya. Ia menyanggupi permintaan kementerian. Sepuluh becak listrik dalam sebulan harus jadi.
Ia membuat proposal, presentasi, dan mengajukan anggaran. Pekerjaan membuat becak listrik dikebut. Siswa, guru, dan mahasiswa bahu membahu siang malam untuk mengejar target. Becak listrik dengan jumlah yang disepakati selesai pada 2013.
Dalam pembuatan becak listrik, Raden bekerja sama dengan produsen becak manual Sinar Laut di Bantul. Ia mendesain becaknya dan menyerahkan kepada Sinar Laut. Stiker becak juga dipesan khusus dengan gambar Keraton dan Tugu, untuk menunjukkan kekhasan Yogyakarta.
Pasca-pergantian presiden yang secara otomatis mengganti menteri, kebijakan soal becak listrik karya SMK Piri I Yogyakarta ikut berubah.
"Pada era Jokowi, becak listrik yang sudah diserahkan ke kementerian kembali dihibahkan ke sekolah dan sekarang kami berdayakan, bisa disewa," kata Raden.
Â
Penyempurnaan Generasi Pertama
Becak listrik generasi kedua merupakan penyempurnaan generasi pertama. Dari segi bentuk, becak listrik generasi kedua menyerupai becak asli.
Pertimbangannya, banyak saran dan kritik yang masuk, salah satunya dari kepolisian. Becak generasi pertama terlalu panjang dan mengganggu lalu lintas. Letak panel surya becak listrik generasi kedua juga di atap, sedangkan keluaran pertama di selebor becak.
Kapasitas baterai juga bertambah, sari 48 AH menjadi 104 AH. Pengisian sel surya juga lebih besar, dari 40 menjadi 50 Watt.
Dari segi kecepatan generasi kedua juga lebih lincah, mencapai 30 kilometer per jam. Sebelumnya, becak listrik hanya memiliki kecepatan 20 kilometer per jam.
"Kami juga berencana membuat becak listrik generasi ketiga, salah satu perubahannya ada di roda yang seharusnya menyerupai roda motor, kalau saat ini masih roda becak biasa," ujar Raden.
Â
Advertisement
Spesifikasi Becak Listrik
Pembuatan satu unit becak listrik menghabiskan biaya Rp 12 sampai Rp 14 juta.
Becak listrik generasi kedua memiliki spesifikasi roda tiga buah velg becak Jawa ring 28, panjang becak 230 sentimeter, lebar becak 100 sentimeter, dan tinggi becak 160 sentimeter.
Sistem pengisian menggunakan sel surya 12 Volt 50 Watt 2,78 Ampere dengan maksimal pengisian delapan jam. Selain itu ada pula adaptor listrik 220 Volt dengan maksimal pengisian enam jam.
Kelistrikan becak memakai motor listrik becak berupa brusless motor dengan daya maksimal motor 350 Watt dan kapasitas baterai 4x12 AH.
Untuk mengetahui kadar daya, becak listrik dilengkapi lampu penunjuk. Warna merah menunjukkan baterai habis, kuning berarti baterai tinggal sedikit, dan hijau untuk baterai penuh.
Â
Prinsip Kerja Becak Listrik
Prinsip kerja utama becak listrik bergantung kepada panel surya yang berfungsi menerima cahaya matahari. Cahaya diolah dengan panel surya menjadi tenaga listrik yang dimasukkan ke dalam empat keping akumulator.
Energi itu masuk ke controller yang dilanjutkan ke motor listrik. Daya itu bisa menggerakkan becak dengan beban sampai 350 kilogram.
Sekalipun memakai tenaga listrik, becak ini juga tetap bisa dikayuh, terutama untuk medan menanjak dan awal melaju. Kayuh dibutuhkan supaya aki tidak cepat soak.
Jarak tempuh becak listrik pada malam hari bisa mencapai 40 kilometer. Saat siang hari, daya terus terus selama ada sinar matahari.
Oleh karena itu, Raden menyarankan tukang becak memarkir becak listrik di bawah sinar matahari supaya energi otomatis terisi.
"Untuk saat darurat becak listrik juga bisa dicharge di listrik dari PLN, tetapi biasanya itu untuk jaga-jaga saja ketika tidak ada sinar matahari sama sekali," ucapnya.
Â
Advertisement
Gemar Bereksperimen
Raden sudah 26 tahun mengajar di SMK Piri I Yogyakarta. Sejak awal menyelesaikan pendidikan keguruan di UNY pada 1990.
Laki-laki berusia 52 tahun ini memang gemar bereksperimen. Ia bercerita di rumahnya juga diterapkan ilmu listrik.
Pintu gerbang rumahnya memakai remote, sehingga tidak perlu buka tutup secara manual. Lampu-lampu di rumah juga dinyalakan dengan sensor tepuk tangan. Sensor gerak diterapkan di tempat parkir rumah.
"Pintu kamar mandi juga demikian, buka pintu kamar mandi otomatis lampu menyala, pintu ditutup lampu mati," kata Raden.
Ia merasa bangga bisa mengajar di SMK Piri I Yogyakarta. Meskipun sekolah swasta, akan tetapi prestasi anak didiknya di bidang teknologi tidak bisa dipandang sebelah mata.
Sekolah ini pernah menjuarai lomba tingkat provinsi lewat penghemat energi listrik pada 2014. Tahun ini, SMK Piri I Yogyakarta juga menjuarai lomba teknologi tepat guna tingkat kota melalui karya panel listrik.