Liputan6.com, Kendari - Demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite berakhir ricuh di SPBU Tapal Kuda Kota Kendari, Senin, 9 April 2018. Puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Himpunan Mahasiwa Islam (HMI) Kendari, sempat terlibat adu jotos dengan aparat kepolisian yang mengamankan unjuk rasa.
Situasi mulai memanas, saat mahasiswa mulai menutup jalan keluar sejumlah truk dan kendaraan roda empat di depan SPBU. Truk, kendaraan roda empat, dan roda dua sempat terhambat keluar karena dihalangi puluhan mahasiswa.
Aksi yang berlangsung sekitar 10 menit, sempat diprotes pengendara. Sebab, sebagian pengemudi sopir yang sudah mengantre beberapa jam dan siap bekerja kembali, merasa terhalangi.
Advertisement
"Kalau ndak minggir, mari kita baku pukul," ujar salah seorang sopir ke arah mahasiswa yang berdemonstrasi.
Baca Juga
Aksi demonstrasi terus memanas saat mahasiswa terus memaksa menahan laju kendaraan keluar dari dalam SPBU. Karena sudah melihat banyak massa, polisi kemudian turun tangan dan berusaha menertibkan aksi.
Saat terjadi tarik menarik antara massa dan polisi, sejumlah mahasiswa terjebak di dalam kerumunan. Beberapa di antaranya kena dorong dan pukulan anggota polisi. Hal serupa juga terjadi pada pihak kepolisian.
Puncaknya, salah seorang mahasiswa sempat pingsan usai terlibat saling dorong dengan polisi. Dua orang rekannya langsung melarikan mahasiswa ini ke rumah sakit terdekat.
Kericuhan itu akhirnya bisa diredam polisi usai berkomunikasi dengan pimpinan aksi demonstrasi.
"Kita hanya mau menanyakan kepada pihak SPBU kenapa ada peningkatan harga BBM yang benar-benar merugikan rakyat, tapi aparat kepolisian malah memukul kami," ujar La Ode Muhammad Aril Masri, salah seorang mahasiswa.
Â
Â
Kepala SPBU Bingung
Kepala Operasional SPBU Tapal Kuda, Absalon datang menghadapi langsung puluhan orang mahasiswa yang berdemonstrasi di depan kantornya. Di hadapan mereka, Absalon mengatakan pihaknya sama sekali tidak tahu menahu soal kenaikan BBM jenis Pertalite dan kelangkaan solar di Kendari.
"Kaum mahasiswa intelektual, kalau Pertalite naik, itu bukan karena kita di SPBU di Kota Kendari ini, tapi itu keputusan pemerintah, bukan di sini tempatnya kalau mau tanyakan itu," ujar Absalon.
Soal kelangkaan BBM jenis solar, Absalon mengatakan, sejauh ini pihaknya menerima jatah solar 8 kiloliter setiap hari. Jumlah ini, diakui Absalon, cukup tetapi antrean sopir truk juga banyak setiap hari.
"Soal kenapa itu hanya 8 kiloliter, depot Pertamina Cabang Kendari yang tahu itu," kata Absalon menjawab pertanyaan mahasiswa.
Menurut salah seorang pegawai SPBU, salah satu penyebab kelangkaan solar bersubsidi karena hanya tiga dari belasan SPBU yang mendapat jatah rutin setiap hari.
"Sebagian besar SPBU di Kota Kendari, tidak mendapat jatah 8 kiloliter setiap hari, ada yang cuma dapat tiga kali seminggu. Jadi, sebagian besar mobil pemakai solar bersubsidi mengantre ke kami kalau SPBU lainnya sementara kosong," ujar salah seorang pegawai SPBU Tapal Kuda.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement