Jejak Jepang di Makam Keramat yang Pusaranya Keluarkan Cahaya

Raden Jakandar dijuluki Syekh Magribi karena konon tiap Magrib tiba, pusaranya memancarkan cahaya. Makam keramat dikelilingi bungker Jepang.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 23 Apr 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2018, 14:00 WIB
Jejak Jepang di Makam Keramat yang Pusaranya Keluarkan Cahaya
Komplek makam keramat Syeh Magribi di Bangkalan Madura (Liputan6.com/Musthofa Aldo)

Liputan6.com, Bangkalan - Salah satu makam keramat di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, adalah makam Raden Jakandar. Letaknya di Desa Ujung Piring, sekitar 2 kilometer setelah Pasarean Syaikhona Cholil di Desa Martajesah.

Raden Jakandar dijuluki "Syekh Magribi'. Menurut Rofiqi, pemuda setempat, dijuluki begitu karena konon tiap waktu Magrib tiba, pusaranya memancarkan cahaya.

Fauzi, seorang peziarah yang ditemui usai berdoa, menuturkan konon makam syekh Magribi ditemukan orang buta. Lewat mata batinnya, orang tua buta itu kerap melihat cahaya di pesisir pantai Desa Ujung Piring.

Setelah ditengok oleh warga, ditemukanlah satu komplek pemakaman kuno dan salah satunya diyakini sebagai pusara Raden Jakandar yang juga disebut Sunan Bangkalan keturunan dari Kerajaan Pelajaran.

Kuburan ini menarik tidak hanya karena sosok Raden Jakandarnya, tetapi juga karena di sekeliling komplek makam terdapat bunker peninggalan zaman penjajahan Jepang.

Kodim 0829 Bangkalan mencatat total ada 20 bungker. Tersebar di lahan seluas 1 hektare sekitar makam. Kondisi bunker banyak yang rusak. Pintu besinya raib.

Satu bungker, kondisinya masih utuh, terletak dekat pintu masuk makam. Hanya 50 meter dari tempat parkir. Tertutup rimbun perdu, pohon pisang dan rumput gajah. Dari jauh hanya tampak atap saja, seolah menyembul dari gundukan tanah.

 

Tulisan Jepang

Jejak Jepang di Makam Keramat yang Pusaranya Keluarkan Cahaya
Bungker tua peninggalan Jepang di Kabupaten Enrekang, Sulsel (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Pintu masuk bungker di sisi timur, baru terlihat setelah menyibak tanaman liar. Suasana gelap pekat, untuk masuk harus jongkok. Di langit-langit ada potongan besi tembus ke atas. Di satu dindingnya ada tulisan huruf Jepang.

"Bungker ini dulunya buat pembangkit listrik, pipa besi di atapnya itu berfungsi sebagai cerobong udara," kata Teriyanto, seorang musafir yang bermukim di makam Raden Jakandar dan kerap menyepi dalam bungker itu.

Sekitar 500 meter dari bunker pertama, ada bungker lain, juga masih utuh. Bentuknya lebih besar, kemungkinan untuk penyimpanan senjata. Ada juga benteng, dengan lubang di tengahnya mengarah ke laut, diduga untuk lubang meriam.

Tak jauh dari benteng, ada bungker lain, kondisi hancur, hanya menyisakan fondasi saja, ada kubangan besar di tengahnya. Juga tampak lubang di dinding, seperti bekas tembakan. Menandakan pernah terjadi pertempuran sengit di situ.

Sayangnya, situs bersejarah ini tak terawat. Akses jalan menuju kawasan makam keramat itu ditumbuhi pohon liar. Padahal bunker merupakan situs penting, bisa dijadikan wisata edukasi sejarah perjuangan di Pulau Madura.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya