2 Pengebom di Surabaya dan Sidoarjo Ternyata Pernah Kunjungi Napi Teroris

Kunjungan kedua pengebom di Surabaya dan Sidoarjo tercatat pada 2016 dan 2017.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2018, 18:33 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 18:33 WIB
Tumpukan kendaraan yang hancur diterjang bom Surabaya (Merdeka.com/Ahda Bayhaqi)
Tumpukan kendaraan yang hancur diterjang bom Surabaya (Merdeka.com/Ahda Bayhaqi)

Liputan6.com, Tulungagung - Dua pengebom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo diketahui pernah mengunjungi narapidana terorisme yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Tulungagung, Jawa Timur.

Pelaksana Harian (Plh) LP Tulungagung sekaligus Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung, Manap, mengatakan, dua pengebom yang namanya tercatat di buku tamu/kunjungan LP adalah Tri Murtiono dan Budi Satrio.

Tri Murtiono adalah pelaku bom bunuh diri di pintu masuk Polrestabes Surabaya. Adapun, Budi Satrio adalah terduga teroris yang ditembak mati tim Densus 88 Anti Teror di Desa Masangan, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo pada Senin, 14 Mei 2018.

Berdasarkan data kunjungan yang terdokumentasi secara rapi di LP Tulungagung, Tri Murtiono tercatat mengunjungi napiter Ridwan Sungkar pada 1 Maret 2017. Adapun, Budi Satrio dua kali mengunjungi napiter Dedi Refrizal pada 23 Februari 2016 dan 23 Juni 2016.

Namun, menurut Manap, Tri Murtiono dan Budi Satrio tidak menutup kemungkinan juga pernah berkunjung pada hari yang lain. Hal itu disebabkan setiap ada yang mengunjungi narapidana, hanya satu identitas yang dicatat dalam pembukuan.

"Jika yang berkunjung lebih dari satu, yang tercatat di buku hanya satu. Meski semua identitas ditinggal," kata Manap, Selasa, 15 Mei 2018, dilansir Antara.

Belum diketahui pasti motif kedua pengebom tersebut mengunjungi napiter Dedi Refrizal di LP Tulungagung. Menurut informasi yang beredar, Tri Murtiono dan Budi Satrio telah jauh hari berkonsultasi kepada Dedi Refrizal yang disebut-sebut sebagai pemimpin JAT Jatim wilayah barat.

"Kami masih telusuri peranan napiter di LP Tulungagung ini terhadap rangkaian aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari terakhir," ujar sumber yang tidak mau disebut namanya.

 

Napi Teroris di Tulungagung

Rusuh di Penjara Guyana, 16 Napi Tewas
Ilustrasi penjara Guyana (AFP)

Manap mengaku biasa mengobrol dengan napiter Dedi maupun Noeim Ba'asyir. Namun, menurut dia, tak ada yang mencurigakan. Komunikasi antara ketiga napi teroris dengannya baik.

Noeim Ba'asyir bahkan sempat mengutarakan penyesalannya atas serangan bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya.

Menurut Manap, di Lapas Klas IIb ini ada tiga napiter. Pertama, Ridwan Sungkar (pindahan dari Mako Brimob) yang divonis empat tahun penjara. Pria yang tinggal di Tulungagung tersebut paling sering dikunjungi keluarganya. Bahkan hampir setiap hari.

Kedua, Noeim Baasyir (pindahan dari Lapas Klas IIb Tuban) divonis enam tahun penjara. Ketiga, Dedi Refrizal (pindahan dari Lapas Kediri) yang divonis sembilan tahun penjara.

"Ketika salah satu napiter dikunjungi, otomatis dua napiter lainnya ikut mengobrol," katanya.

Manap menambahkan, ketiganya menempati sel bekas tahanan anak atau sel drupada. Noeim Baasyir sekamar dengan Ridwan Sungkar. Sedangkan, Dedi Refrizal berada di sel lain tapi kedua kamar tersebut berdampingan.

"Sel tersebut memang permintaan mereka, yang terpenting keamanan terjaga," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya