Gelombang Tinggi Laut Kidul Gulung Pencari Rumput Laut, Bagaimana Nasibnya?

Gelombang tinggi di Laut Kidul Kebumen dan sekitarnya diperkirakan bisa mencapai 6 meter. Anda yang beraktivitas di tepi pantai sekalipun wajib berhati-hati.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 24 Jul 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 08:30 WIB
Nelayan Cilacap ditemukan meninggal dunia, Sabtu (21/7/2018)  usai pencarian selama empat hari sejak Rabu, usai perahunya terbalik. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)
Nelayan Cilacap ditemukan meninggal dunia, Sabtu (21/7/2018) usai pencarian selama empat hari sejak Rabu, usai perahunya terbalik. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Pertengahan pekan lalu, gelombang tinggi terjadi perairan selatan Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Seratusan lebih bangunan di pinggiran pantai Kebumen dan Cilacap, Jawa Tengah rusak.

Tak hanya itu, pada Rabu, 18 Juli 2018, seorang nelayan hilang tenggelam usai perahunya terbalik dihantam gelombang tinggi sesaat setelah berlayar. Saat itu, tiga nelayan tenggelam. Dua orang bisa menyelamatkan diri, namun satu lainnya hilang tenggelam.

Pencarian korban tenggelam akibat gelombang tinggi laut kidul itu langsung dilakukan. Korban baru ditemukan pada Sabtu, 21 Juli 2018, dalam kondisi meninggal dunia.

Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono mengatakan korban ditemukan satu mil arah tengah dari lokasi kejadian. Korban lalu dibawa ke RSUD Cilacap sebelum diserahkan kepada keluarganya.

Baru saja korban tenggelam ditemukan, ganasnya gelombang tinggi laut selatan kembali memakan korban jiwa. Pada Minggu siang, 22 Juli 2018, seorang pemancing, Abdul Rohman, warga RT 02/1 Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kebumen hilang tenggelam di Pantai Karangbolong.

Saat itu, diduga korban mencari rumput laut di pinggiran karang di sela-sela memancing dengan salah satu rekannya. Namun, tiba-tiba gelombang tinggi laut selatan menyergap.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 Orang Terseret, 1 Hilang di Karangbolong

Pencarian korban tenggelam di pantai Karangbolong, Kebumen dengan penyisiran darat. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)
Pencarian korban tenggelam di pantai Karangbolong, Kebumen dengan penyisiran darat. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

Satu orang berhasil selamat, tapi korban terjatuh ke dalam air dan terseret arus laut ke tengah. Ia pun dilaporkan hilang tenggelam.

Basarnas beserta potensi SAR lain di Kebumen pun langsung mencari keberadaan korban. Hingga hari kedua pencarian, korban belum ditemukan.

Koordinator Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono mengatakan tim SAR gabungan tak bisa maksimal mencari korban lantaran gelombang tinggi kembali terjadi. Ombak setinggi tiga meter menyulitkan tim pencari.

Dalam pencarian ini, SAR gabungan tidak bisa menyisiri laut. Penyisiran terbatas di daratan. Bila dipaksakan, gelombang tinggi justru membahayakan tim SAR gabungan.

"Kondisi gelombang di pantai karangbolong saat ini kurang lebih dua sampai tiga meter dan cuaca berawan, arah angin dari Timur menuju ke Tenggara,"dia menjelaskan, Senin, 23 Juli 2018.

Moelwahyono menjelaskan, pencarian akan kembali diteruskan Selasa(24/7/2018) pagi. Teknik pencarian yang digunakan pun sama, yakni penyisiran darat. Sebab, gelombang setinggi enam meter diprediksi masih terjadi.

 

Ombak 6 Meter di Laut Kidul

Gelombang tinggi laut selatan Jawa Tengah hingga DIY berbahaya bagi nelayan dan pengguna transportasi laut.  (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)
Gelombang tinggi laut selatan Jawa Tengah hingga DIY berbahaya bagi nelayan dan pengguna transportasi laut. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pengamatan Cilacap, Jawa Tengah kembali mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi yang terjadi di perairan selatan dan Samudera Hindia selatan Jawa Tengah dan DIY mulai Senin hingga tiga hari ke depan, 23-25 Juli 2018.

Ketua Kelompok Prakirawan BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan mulai kemarin, gelombang di perairan pantai diperkirakan mencapai empat meter. Adapun di laut lepas atau Samudera Hindia, gelombang diperkirakan bisa mencapai enam meter.

Untuk itu, ia mengimbau agar nelayan untuk tidak melaut hingga gelombang tinggi berakhir. Sebab, gelombang setinggi ini sangat berbahaya untuk perahu nelayan yang rata-rata berbobot kurang dari lima gross ton.

Bahkan, gelombang setinggi ini juga membahayakan kapal dengan ukuran di atas 30 gross ton. Maka itu, ia meminta agar pengguna transportasi laut mewaspadai kemungkinan terjadinya gelombang tinggi ini.

Dia menjelaskan, gelombang tinggi di laut selatan Jawa Tengah dan DIY terjadi akibat adanya tekanan tinggi di Tenggara Australia. Sebaliknya, di Timur Taiwan terjadi tekanan rendah. Akibatnya, angin kencang berembus di wilayah Indonesia, terutama di selatan Jawa.

"Untuk gelombang dengan ketinggian enam meter ini, diperkirakan saat ini masih terjadi di wilayah Samudera. Tetapi untuk tanggal 24 dan 25 Juli 2018 diperkirakan akan masuk ke wilayah perairan pantai," Teguh menerangkan.

Teguh menambahkan, gelombang tinggi ini terjadi sejak pertengahan pekan lalu. Menjelang akhir pekan, gelombang tinggi menurun. Tetapi, awal pekan ini gelombang tinggi kembali muncul.

"Jadi memang, harus benar-benar harus ekstra berhati-hati waspada dan hati-hati dan diwaspadai oleh pengguna jasa angkutan perairan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya