Sidoarjo - Video ketangkasan melempar benda yang dilakukan AKP Eko Hari Cahyono sudah viral. Jargon 'Masoook Pak Eko!' juga sudah menggaung ke mana-mana. Namun, gara-gara video viral itu pula, Pak Eko jadi seperti kena tegur Jenderal Polisi karena rokok.
Saat awal-awal kemunculan video itu, pria yang akrab disapa papi oleh para siswanya itu, terlihat mengisap rokok. Sebelum melempar benda ke batang kayu pohon palm, Eko biasa menunjuk rokoknya.
"Ngudut, lempar obeng," begitu salah satu perkataan Eko di videonya.
Advertisement
Tidak sedikit netizen yang nyinyir dengan kebiasaan merokok tersebut. Terlebih ada anak-anak di dalam video tersebut. Awalnya, Eko tidak sadar dengan perilaku merokok yang direkam tersebut.
Sampai akhirnya, videonya viral dan di-regram oleh seorang jenderal bintang satu. Jenderal tersebut adalah Brigjen Krishna Murti. Pada caption Instagram, Khrisna menuliskan, "abaikan udutnya." Khrisna menulis dengan memberi tanda kurung pada sarannya tersebut.
Baca Juga
Dari sanalah Eko sadar. Dia seperti dijewer oleh atasan.
"Saya baru ngeh mas. Langsung istighfar. Iyo yo, gak apik gawe arek-arek cilik (tidak baik untuk anak-anak kecil)," ucap Eko sambil menepok jidatnya.
Eko kemudian mengomentari video yang di-repost oleh mantan Dirreskrimum Polda Metro Jaya tersebut. Eko merespons positif kritikan Khrisna dengan menyampaikan rasa terima kasih. Dia berjanji tidak akan menggungah video sambil merokok.
"Saya minta maaf, minta tolong disampaikan ke semuanya mas. Benar-benar nggak sadar. Sekarang kalau bikin video lagi tanpa rokok," ucapnya saat diwawancarai JawaPos.com.
Ucapan itu tak sekadar janji. Jika tidak percaya cek saja akun Instagram @papi_eko_pusdik_sabhara_porong. Beberapa video baru yang diunggah, Eko mempertontonkon keterampilan melempar benda tanpa merokok.
Eko meminta para generasi muda, terutama anak-anak yang menonton videonya agar mengambil sisi positifnya. "Jangan dilihat rokoknya ya. Lemparannya aja, semua pasti bisa kalau rutin latihan. Tentu sambil diawasi sama yang sudah berpengalaman ya," pesannya.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.
Dipanggil Papi
Semenjak viral, semakin banyak mantan anak didiknya yang menghubungi, sekadar menanyakan kabar. Mereka tidak akan lupa dengan Eko. Dia memang menganggap mereka seperti anak sendiri.
Hampir setiap hari, Eko menjalin silaturahmi dengan mereka kendati terpisahkan jarak. Meskipun cukup melalui video call, WhatsApp, sampai saling menyapa di kolom komentar Instagram.
Eko mengatakan, dirinya berusaha untuk selalu dekat dengan anak didik yang dilatihnya di Pusdik Sabhara Mabes Polri, Porong, Sidoarjo. Sebagai instruktur lapangan, dia berusaha memahami karakter masing-masing orang. Dia sadar, usianya terpaut jauh dengan para siswanya sehingga berusaha gaul.
"Kalau di sini memang anak-anak biasa manggil saya papi. Orang yang nggak tahu mungkin kalau dengar kesannya negatif, kayak papi-papi. Tapi memang saya kepingin anak-anak itu dekat, makanya saya minta dipanggil papi," terangnya.
Sebelum dipanggil papi, Eko sempat dipanggil abang. "Serasa kayak alumni Akpol gitu mas, manggilnya bang-bang. Biar mereka ini pede, seperti nggak ada sekat antara yang Akpol dengan yang bukan," imbuh Eko.
Umumnya, para siswa Sabhara yang dilatih di Pusdik menjalani pemusatan pendidikan selama tujuh bulan. Otomatis, mereka tidak setiap hari bisa bertemu dengan Eko. Jadi bisa dibilang, pertemuan mereka dengan Eko begitu singkat.
Kalau ada kesempatan, mereka bisa bertemu Eko saat menjalankan pendidikan lanjutan. Tapi itu tidak semuanya. Makanya, mereka rutin menggelar reuni. Masing-masing angkatan hampir selalu menggelar reuni tahunan dan tak jarang, mereka mengundang Eko.
"Anak-anak itu sangat baik ke saya. Bahkan kalau anniversary, ada yang sampai menyediakan tiket pesawat sama penginapan. Semuanya disediakan sama mereka," tutur polisi dengan tiga balok di pundak tersebut.
Namun, Eko hampir pasti tidak bisa mendatangi acara reuni semacam itu. Maklum saja, dia tidak bisa meninggalkan tugasnya sebagai instruktur. Personel Sabhara yang dilatih di Pusdik itu hampir selalu ada.
Satu gelombang pelatihan selesai tujuh bulan, akan ada gelombang peserta lain yang akan menyusul. Interval waktunya sekitar dua sampai tiga minggu. Eko kerap meminta maaf karena tidak bisa memenuhi undangan mantan anak-anak didiknya.
"Ada juga yang bikin acara di sini (Pusdik Sabhara Polri, Porong, Red). Kalau di sini saya selalu menyempatkan diri untuk datang, kangen juga lah sama anak-anak," ucap Eko.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement