Kisah Bintara, Bayi Mungil yang Makin Mengecil

Rambut sang bayi terus rontok dan berat badannya turun drastis.

diperbarui 26 Sep 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2018, 07:30 WIB
Bayi Cerebral palsy
Sadia mengendong Bintara yang didiagnonis mengidap gangguan otak (Istimewa)

Bali - Malang nian nasib I Komang Bintara Putra, bayi berusia 4 bulan ini divonis mengidap penyakit gangguan otak atau cerebral palsy. Akibat penyakit yang dideritanya, putra ketiga I Ketut Sadia, 31, dan Ni Komang Lestari, 25, warga Banjar Kulu, Desa Kulu, Kecamatan Tampaksiring, itu mengalami rontok pada bagian rambut dan berat badannya turun drastis.

Bayi yang lahir normal 26 Mei 2018 di RS Sanjiwani Gianyar itu awalnya tidak terdapat masalah apapun. Dengan berat lahir 2,4 kilogram, keluhan terhadap Komang Bintara Putra mulai muncul ketika 10 hari berada di rumah.

"Pas di rumah, kejangnya bisa 5 sampai 8 kali sehari. Karena khawatir kita bawa ke rumah sakit. Dirawat sekitar seminggu di inkubator," ujar sang ayah, Sadia.

Kondisi Komang Bintara kian menurun sehingga harus dirujuk ke RS Sanglah Denpasar. Mengenai penyebab kejang, pihak keluarga tidak mengetahuinya.

Kata Sadia, buah hatinya sempat divonis mengalami pendarahan di kepala. "Setelah di ST-Scan, katanya ada cairan dan pembengkakan di otak," ujar Sadia menirukan kata dokter. 

Akhirnya sempat dilakukan pengambilan cairan di dalam otak dengan cara disedot sebagai sampel uji laboratorium.

"Setelah seminggu, hasilnya keluar. Kata dokter, penyakitnya mengarah ke epilepsi," jelas buruh bangunan itu bingung.

Belum tuntas sampai di sana, Komang Bintara rutin periksa ke RS Sanglah. Bayi mungil itu juga diwajibkan mengonsumsi obat hingga usia 3 tahun.

"Tidak boleh putus obat," terangnya. Kondisi Komang Bintara kini mulai membaik, namun berat badannya di bawah normal.

Untuk anak usia 4 bulan, berat badannya di bawah 3,7 kilogram. "Kejangnya sudah jarang, tapi masih. Tidak kenal waktu," jelasnya. 

Tidak hanya itu, rambut di kepalanya terus mengalami kerontokan setiap saat. Tangan dan kakinya pun tampak kurus kecil. Ketut Sadia hanya pasrah dengan nasib putranya itu.

Sadia yang seorang buruh cukup berat mengobati anaknya. Di awal sakit putranya, Ketut Sadia mengaku meminjam uang ke kerabat dan tetangganya.

"Di usia 10 hari itu kami masuk pasien umum. Karena Komang belum punya KIS (Kartu Indonesia Sehat, red). Kena sekitar Rp 7 juta, saya pinjam sana sini," kenangnya.

Sembari menunggu putranya di rumah sakit, Ketut Sadia pun mengurus KIS untuk anaknya. "Sekarang sudah punya, tapi sempat kontrol ke RSUP Sanglah tanpa bawa rujukan, kembali masuk pasien umum," ujar Sadia.

Baca juga artikel Radarbali.Jawapos.com lainnya di sini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya