Mengeksplorasi Peradaban Megalitikum Tutari di Kampung Doyo Lama Papua

Situs Tutari memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi masyarakat setempat dan juga merupakan aset budaya yang harus dilestarikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Sep 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2018, 11:01 WIB
Situs Megalitik Tutari
Menhir-menhir di Situs Megalit Tutari Doyo Lama dengan latar Danau Sentani. (Liputan6.com/kemdikbud.go.id)

Liputan6.com, Jayapura - Situs Megalitikum Tutari yang terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua dinilai bisa mendatangkan pendapatan bagi warga setempat jika dikelola dengan baik dan terintegrasi.

Pendapat ini disampaikan oleh Rehuel, pelajar dari SMA Negeri I Sentani, Kabupaten Jayapura saat memaparkan pidatonya dalam acara sosialiasi Rumah Peradaban Megalitikum Tutari yang digelar oleh Balai Arkeologi Papua di Kampung Doyo Lama.

"Situs Tutari memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi masyarakat setempat dan juga merupakan aset budaya yang harus dilestarikan, jika ini dikelola dengan baik, maka bisa datangkan nilai ekonomi," katanya di hadapan tim dewan juri dari Balai Arkeologi Papua dan antropolog senior Papua, Paul Yam.

Menurut dia, diperlukan penataan infrastruktur pendukung yang baik, seperti pondok untuk tempat istirahat ataupun kantin untuk tempat berjualan serta perlunya penambahan sejumlah keterangan pada situs-situs di Tutari, dengan harapan bisa menampung warga setempat untuk menjajakan hasil bumi atau suvenir yang khas.

"Perlu juga kerja sama dengan pemandu wisatawan asing dan pihak terkait, agar tempat ini lebih dikenal, selain memasang spanduk ditempat-tempat strategis seperti di Bandara Sentani," kata Rehuel, dilansir Antara.

Mengenai hal ini, ketua panitia penyelenggara yang juga peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan pidato yang dipaparkan oleh salah satu pelajar tersebut patut diapresiasi karena tujuan dari acara sosialiasi Rumah Peradaban Megalitikum Tutari itu tercapai.

"Jadi, tujuannya itu untuk memberikan wawasan kepada pelajar tentang situs Tutari lewat pengamatan langsung di lapangan karena selama ini mungkin mereka hanya belajar lewat buku tapi ini bisa melihat langsung," katanya.

Sementara itu, Kepala Balai Arkeologi Papua, Gusti Made Sudarmika mengatakan sosialisasi tersebut dipadukan dengan berbagai macam lomba, di antaranya lomba menggambar peta NKRI, burung Garuda Pancasila, lomba cerita rakyat Sentani, lomba menggambar situs Tutari, karya ilmiah, lomba mob atau stand up comedy ala Papua.

"Termasuk lomba pidato tentang Situs Megalitik Tutari. Jadi, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, dari Rabu kemarin hingga hari ini yang melibatkan 300-an lebih pelajar SD hingga SMA di Kota dan Kabupaten Jayapura," kata Gusti.

Kegiatan itu mendapat apresiasi dari Celestiana Santi, guru SMA Santo Anthonius Padua. Menurut dia kegiatan tersebut sangat bermanfaat karena para pelajar dari sekolahnya bisa mendapatkan ilmu pengetahuan secara langsung dilapangan terkait Situs Megalitikum Tutari.

"Kami senang sekali ada kegiatan seperti ini yang digelar oleh Balai Arkeologi Papua, meskipun kami tinggal di Sentani tapi belum melihat langsung seperti hari ini, sehingga kesempatan ini merupakan yang baik bagi kami untuk belajar tentang situs prasejarah dan budaya yang terkandung," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya