Usai Gempa Palu, Warga Mulai Menjarah Toko

Harga bahan makanan melonjak tajam usai gempa melanda Palu. Bahkan, harga satu liter air mineral mencapai Rp 100 ribu per botol.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 30 Sep 2018, 10:10 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2018, 10:10 WIB
Pasca Gempa Palu, Warga Jarah Toko Makanan
Warga Kota Palu yang beramai-ramai menjarah minimarket, mencari persediaan makanan, Minggu (30/9/2018). (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Palu - Gempa dan tsunami yang menerjang Kota Palu dan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah pada Jumat, 28 September 2018 sore, menimbulkan masalah baru. Sejumlah toko dan tempat perbelanjaan dijarah warga sejak Sabtu, 29 September 2018.

Dari sejumlah video dan foto yang beredar di media sosial, ratusan warga Palu berbondong-bondong menjarah lokasi perbelanjaan dan toko bahan makanan. Tak terkendali, beberapa orang warga malah nekat memecahkan kaca pintu toko untuk mengambil minuman dan makanan.

"Ada penjarahan, saya tahunya ada minimarket yang dibongkar paksa oleh warga, karena makanan susah didapat," ujar Inal Fajar saat dihubungi via telepon seluler, Minggu (30/9/2018).

Rata-rata, warga terdampak gempa Palu kompak membongkar toko dan kantin yang menjual bahan kebutuhan pokok. Dalam video yang beredar, beberapa warga berpindah dari satu toko ke toko lainnya untuk mencari makanan.

 

 

Harga Sebotol Air Mineral Capai Rp 100 ribu

Pasca Gempa Palu, Warga Jarah Toko Makanan
Warga Kota Palu yang beramai-ramai menjarah minimarket, mencari persediaan makanan, Minggu (30/9/2018). (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Usai gempa, harga bahan makanan pokok melambung tinggi. Sebotol air mineral ukuran 1 liter dibanderol harga Rp 100 ribu.

"Penjual di toko sudah naikkan harga sementara uang menipis tinggal bisa bertahan 4 hari," ujar Muhammad Ilyas, salah seorang warga Kota Palu, dikonfirmasi via telepon seluler, Minggu (30/9/2018).

Ilyas mengatakan, harga bahan makanan juga ikut dinaikkan pemilik warung. Harga sebungkus mi instan malah mencapai Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per bungkus.

Sementara beras, banyak pemilik warung yang bertahan untuk tidak menjual beras. Alasannya, persediaan beras mulai menipis.

"Kami di pengungsian masih punya persediaan makanan hingga Beberapa hari. Kasihan, beberapa orang datang minta karena tak punya uang lagi sebab bahan makanan di toko dan warung naiknya kelewatan," tambah Ilyas.

Pria yang memiliki seorang istri dan anak ini tak mau mengambil risiko. Keluarganya berusaha diungsikan via Bandara Udara Sis Al Jufri Palu. "Sudah dulu ya, ada pesawat Hercules di Bandara. Saya ungsikan anak istri ke Makassar, saya tinggal di Palu saja," ujarnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya