Menelisik Gunung Api Purba Berusia 35 Juta Tahun di Selatan Kebumen

Batuan lava basalt Menganti, Kebumen, merupakan batuan hasil erupsi gunung api purba bawah laut yang diduga berumur Oligosen-Miosen di jalur cincin api

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 04 Okt 2018, 09:30 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2018, 09:30 WIB
Gunung Api Purba Menganti di selatan Kebumen, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)
Gunung Api Purba Menganti di selatan Kebumen, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang berada di jalur 'Ring of Fire' atau cincin api. Ini tak lepas dari aktivitas tiga Lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik.

Pulau Jawa muncul dari aktivitas tumbukan lempeng Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara dengan lempeng Eurasia yang relatif diam. Hal ini menyebabkan terbentuknya jalur gunung api (volcanic belt), baik yang masih aktif maupun gunung api purba.

Aktivitas vulkanik yang sudah terjadi sejak ratusan juta tahun lampau terbukti dengan ditemukannya banyak gunung api yang tersebar luas, baik di daratan maupun laut. Umurnya beragam, mulai ribuan hingga jutaan tahun lampau.

Salah satunya di Kebumen, Jawa Tengah. Di selatan Kebumen, Dome Karangbolong, Kebumen banyak dijumpai batuan gunung api purba yang masuk dalam Formasi Gabon (Tomg) dan dike Andesite (Tma). Beberapa di antaranya tak diketahui umur dan muasal kantong magmanya.

Ahli Geologi Universitas Jenderal Soedirman, Fadlin, mengatakan batuan gunung api Lava basalt Menganti, Kebumen, merupakan batuan hasil erupsi gunung api purba bawah laut yang diduga berumur Oligosen-Miosen atau sekitar berumur 35-25 juta tahun.

Keberadaan gunung purba di wilayah cincin api ini diyakini sebagai cikal bakal atau permulaan aktivitas gunung api di selatan Pulau Jawa yang kemudian tertutup oleh batuan karbonat berupa batu gamping.

Menurut dia, lava basalt yang berada di Tanjung Karangbata merupakan batuan beku ekstrusif hasil erupsi gunung api purba bawah laut yang memiliki sifat yang basaltic atau dengan kata lain tersusun atas mineral mineral mafik seperti plagioklas Ca, olivin dan piroksen (ortho-piroxen), di mana mineral-mineral tersebut banyak membawa unsur-unsur seperti Ca, Mg dan Fe.

"Hasil analisis geokimia batuan yang dilakukan di Laboratorium Aachen University Jerman dengan metode ICP-MS atau Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry," katanya, dalam keterangannya diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan, penelitian yang dilakukan berupa pemetaan geologi pada daerah penelitian gunung api purba dengan beberapa analisis meliputi geomorfologi, vulkanostratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi.

Potensi Geowisata Gunung Api Purba Kebumen

Peneliti memetakan gunung api purba di selatan Kebumen. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)
Peneliti memetakan gunung api purba di selatan Kebumen. (Foto: Liputan6.com/Humas Unsoed/Muhamad Ridlo)

Dalam penelitian ini dilakukan juga analisis komposisi mineral dan geokimia lava basalt di Tanjung Karangbata untuk mengetahuai karakteristik dari lava basalt tersebut. Lava basalt inilah yang diduga sebagai cikal bakal atau kegiatan gunung api purba Menganti pertama kali.

Secara administrasi daerah penelitian termasuk ke dalam Kecamatan Ayah yang meliputi Desa Argopeni, Desa Karangduwur, Desa Strati dan Desa Argosari. Secara regional lokasi penelitian termasuk ked alam fisiografi pegunungan serayu selatan.

"Dalam hal ini diinterpretasikan bahwa umur lava basalt Tanjung Karangbata ini adalah sekitar ±35-25 juta tahun yang lalu, di mana umur tersebut disetarakan dengan umur Formasi Gabon (Tomg) dan dike Andesite (Tma)," dia menjelaskan.

Lantaran lokasinya yang berada di pantai, beberapa bagian gunung api purba di selatan Kebumen ini terancam punah oleh gempuran ombak pantai selatan. Adapun gunung api purba yang berada di daratan dikhawatirkan rusak lantaran aktivitas manusia.

Sebab itu, Fadlin mengusulkan agar dibangun geowisata sebagai kegiatan pelestarian berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk mendorong pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal.

Potensi wisata ini mesti dipertimbangkan menilik keunikan dan langkanya batuan Gunung Api Purba Menganti, yaitu berupa kekar kolom, kekar berlembar, hingga berbentuk lava bantal.

Batuan ini sangat jarang ditemukan, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan batuan ini dapat dijadikan sebagai salah satu geoheritage yang patut dilindungi

Dia pun yakin geowisata akan berimbas pada sektor lainnya. Di antaranya, memicu munculnya aktivitas ekonomi masyarakat. Di luar itu, prinsip geowisata adalah sebagai pusat pendidikan dan konservasi.

"Geowisata akan memberikan keuntungan bagi lingkungan sekitarnya," dia menerangkan.

Dia pun menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Kebumen merencanakan penelitian yang lebih detil menganai keberadaan batuan gunung api yang tersebar di wilayah pantai Menganti dan sekitarnya untuk pengembangan Potensi Geowisata Gunung Api Purba.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya